Mangrove Di Batu Ampar Dirancang Sebagai Pusat Edukasi

Singaraja | Kawasan Hutan Mangrove atau Bakau di kawasan pesisir Batu Ampar, Desa Batu Ampar, Kecamatan Gerokgak berpeluang besar akan secara resmi diproteksi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Ri sebagai pusat restorasi pembelajaran mangrove, selain itu kawasan ini juga khas mempunyai pasir pantai berwarna putih.

Teluk Banyuwedang, di kawasan wisata Batu Ampar. |foto ; Nova Putra|
Teluk Banyuwedang, di kawasan wisata Batu Ampar. |foto ; Nova Putra|

Pihak kementerian itu telah melaukan survey lokasi. Survey ini didasari karena populasi mangrove terluas berada di wilayah Buleleng Barat, mulai dari kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) hingga pesisir pantai Desa Pejarakan.

- Advertisement -

Selama ini, wilayah hutan mangrove di Batu Ampar, dikembangkan dan dirintis oleh Forum Putri Menjangan pimpinan Ngurah Arya. Fokus mereka pada upaya upaya konservasi alam. Dalam perjalanannya melakukan konservasi, forum ini juga melakukan upaya pendidikan dan ekowisata di wilayah tersebut. Wisatawan mancanegara pun mulai berdatangan melakukan kunjungan ekowisata sekaligus mencoba melakukan snorkeling di Pantai Batu Ampar yang memang bersih dan asri.

“Kami sudah coba melakukan pembibitan. Nanti bibitnya itu akan kembali kami tanam di hutan untuk menambah populasi mangrove disini,” kata Ngurah Arya beberapa hari lalu.

Ngurah Arya mengaku telah mengajukan proposal kepada KKP RI, dengan harapan mendapat bantuan dan dukungan melakukan konservasi. “Saya harap kementerian bisa membantu membuat jembatan bambu, menara bird watching, dan bantuan fish dome untuk konservasi terumbu karang,” imbuhnya.

Sementara itu Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan KKP menargetkan mendirikan pusat-pusat edukasi mangrove secara alami salah satu rancangannya di Buleleng yakni Desa Pejarakan.

- Advertisement -

“Dari kementerian sudah survey beberapa hari lalu. Jadi kami masih menunggu, tindak lanjut dari kementerian seperti apa. Harapan kami tentu ada bantuan yang bisa disalurkan untuk konservasi mangrove dan terumbu karang,” kata Sutrisna.

Sutrisna juga menyatakan Kementerian juga disebut mengkaji dampak munculnya wisata sampingan selain ekowisata mangrove, sehingga tak sampai merusak hutan mangrove itu sendiri. |NP|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts