Keluarga Miskin Ini Butuh Kursi Roda Untuk Menopang Kehidupan Anak Bungsunya

“Ketut Arya, 3 tahun terlihat lahir sempurna namun ada hal yang janggal pada kedua bentuk telapak kakinya. Anggota tubuh lainnya sempurna, namun kaki kiri dan kanan tak sempurna dan tampak kedua telapak kakinya bengkok”

Singaraja |  Setiap orang tentu ingin dilahirkan normal sama seperti yang lainnya, namun terkadang kenyataan tidak sesuai dengan keinginan. Begitu juga yang dialami Ketut Arya, balita yang berumur 3 tahun ini yang tampak terlahir sempurna.

Saat kelahirannya, putra keempat pasangan pasutri Ketut Budarpa (51) dan Ketut Resmini (47) dari Dusun Dukuh, Desa sudaji, Kecamatan Sawan , dulunya dibantu oleh bidan desa setempat. Ketut Budarpa yang pada saat itu menyaksikan langsung proses kelahiran putranya melihat hal janggal pada kedua telapak kaki Ketut Arya, kedua telapak kakinya pengkor alias bengkok yang menunjuk ke bawah dan melengkung ke dalam.

- Advertisement -

Budarpa sempat terpukul melihat kenyataan hidup anaknya. Kondisi kelahiran Arya yang memiliki cacat bawaan ini sempat disembunyikan oleh keluarga dari Ketut Resmini selama beberapa saat. Itu dilakukan untuk menjaga kondisi psikologis Resmini yang baru saja melahirkan. “Kala itu, saya hanya khawatir istri saya shok, stresss dan lainnya. Dia kan baru saja melahirkan jadi kondisinya secara fisik juga masih lemah, saya hanya takut saja  beban istri tidak kuat menanggung cobaan ini,” ujar Budarpa saat ditemui di rumahnya, Selasa (22/3).

Namun perlahan-lahan akhirnya, kondisi Arya bisa diketahui oleh Resmini namun Dia menerima dengan iklas. Resmini terlihat sangat menyayangi anaknya. Tak segan-segan, dia selalu menciumi dan mengusap kepala anaknya. Membelainya dengan sangat lembut. Rasa sayang Resmini tampak begitu besar terhadap anaknya ini.

Ketut Resmini menuturkan selama usia kandungan, kondisi bayi dirasakannya dalam keadaan baik-baik saja, normal, tidak ada keluhan apapun.

Selama di kandungan biasa saja, normal seperti hamil sebelumnya, Namun diakuinya juga selama dirinya mengandung sangat kekurangan asupan gizi dan jarang diperiksakan ke bidan setempat. Keadaan tersebut lantaran terkendala kehidupan mereka kami yang jauh dari berkecukupan ditambah harus merawat anak pertamanya Gede Yasa (alm) yang saat itu membutuhkan biaya pengobatan dan rawat inap di RSUD Singaraja.

- Advertisement -

Rumah keluarga ini hanya berukuran 3×3 di Dusun Dukuh, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng. Kondisi mereka memang sangat miskin. BUdarpa dan Resmini hanyalah buruh serabutan yang mengambil pekerjaan jenis apapun. “Kami hanya berusaha mempertahankan hdiup dengan bekerja serabutan. Ada yang nyuruh apapaun asalakan bekerja dengan baik kami kerjakan,’ ujar Resmini.

Ditengah kemiskinan yang melanda kehidupan mereka, Ketut Budarpa dan Ketut Resmini bertekad untuk mengurus dan membesarkan Ketut Arya. Mereka sangat menyadari anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dengan kondisi memprihainkan sekalipun.

Ketut Arya dengan cacat bawaan. |Foto : Putu Nugraha Hardiyanta|
Ketut Arya dengan cacat bawaan. |Foto : Putu Nugraha Hardiyanta|

“Awalnya memang saya agak malu sama tetangga, kalau ada yang jenguk, cepat-cepat saya tutupi dengan kain jadi orang tidak tahu. Tapi saya sadar, itu tidak boleh saya lakukan. Saya pahami dan renungkan bahwa Dia anak saya, pemberian Tuhan,” ucap Resmini.

Akhirnya, Budarpa dan Resmini pun sering membawa anaknya dalam pergaulan diantara tetangga-tetangga mereka. Terlebih Ketut Arya saat ini sudah bisa bicara dan memaksa ingin keluar rumah walaupun harus susah payah merangkak sebab keadaan kedua kakinya yang tidak sempurna.

Sebenarnya Ketut Budarpa ingin melaporkan kondisi anaknya, namun kepada siapa dirinya bisa mengadu. Dia kebingungan. Dia berharap, ada uluran tangan dari Pemerintah Kabupaten Buleleng atau Propinsi Bali untuk membantu kehidupan anaknya dengan memberikan kursi roda.

Baginya, kursi roda ini snagat penting bagi kehidupan Arya selnjutnya. Dia butuh untuk terus berjalan dan mengenal tetangganya, karena itulah dia sangat membutuhkan kursi roda.

” Saya ini orang buta huruf, tidak sekolah dari kecil. Saya berharap ada bantuan dari Pejabat di Pemerintah Kabupaten Buleleng untuk memberikan kursi roda untuk anak kami,” ujar Budarpa.
Pasangan suami-istri Ketut Budarpa dan Ketut Resmini sebetulnya memiliki empat anak, namun satu diantaranya telah meninggal dunia. Anak sulungnya meninggal saat usia 14 tahun karena terserang step sejak usia 5 tahun. Di rumah, kini anaknya tinggal tiga orang.

Menurut keterangan Ketut Budarpa rumahnya bedeng dan berukuran 3×3 didalamnya hanya terdapat satu tempat tidurnuntuk seluruh keluarganya. Rumahnya tanpa penerangan listrik, sumbangan dus-dus bekas digunakannya untuk tempat pakaian bersama.

Lahan seluas hampir 20 are yang ditempatinya adalah pinjaman dari Made Sutara yang merasa punya rasa belas kasihan melihat kondisi keluarg Budarpa.  Budarpa sebenarnya memiliki warisan tetapi cuma seluas satu are dan itupun sudah lama dijualnya untuk pengobatan anaknya yang pertama, Almarhum Gede Yasa kala itu.

“Saya punya warisan hanya satu are tetapi sudah saya jual untuk pengobatan anak pertama kami yang alami sakit keras. Namun Tuhan memang berkata lain, anak kami akhirnya meninggal., Pekerjaan kami sebagai buruh tentunya tak cukup untuk biayai pengobatan Gede Yasa dulu, terpaksa kami jual warisan tanah. Kini kami dapat cobaan lagi, saya hanya bisa pasrah dan berdoa saja untuk kesehatan Ketut Arya. Kami jalani juga dengan menjalani pengobatan alternatif sebab kemampuan yang kami miliki jauh dari berkecukupan,” ungkapnya.

Beberapa waktu lalau, sempat ada donator yang memberikan bantuan bingkisan berupa sembako dan uang tunai untuk menopang  hidup mereka.|NP|

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts