Buleleng Rekontruksi Tiga Kesenian Yang Hampir punah

Singaraja | Bali Utara dikenal sebagai cikal bakal lahirnya Gong Kebyar di Bali. Seiring dengan perkembangan Gong Kebyar, juga diiringi dengan lahirnya sejumlah tarian yang juga diringi oleh Gong Kebyar dengan khas Buleleng yakni kekebyaran.

Banyak kesenian asli dari Kabupaten Buleleng jarang dipentaskan karena hampir punah bahkan sudah ada yang punah. Ditahun 2016 ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Buleleng merekontruksi dua tari dan satu tabuh dari Buleleng. Dua tarian itu masing masing Taro Legong Tombol, dan Tari Pengeleb. Sementara satu tabuh yang akan direkontruksi yakni Tabuh Singa Ambara raja.

- Advertisement -

Legong Tombol merupakan tarian yang berkembang di Desa Banyuatis Kecamatan Banjar. Legong ini merupakan tari-tarian hiburan yang biasanya ditarikan oleh penari berjumlah genap. Saat ini, eksistensi Legong Tombol ini memang menurun bahkan hampir punah. Pasalnya, masih ada satu orang penari yang tersisa dan mengetahui tentang tarian ini. Apalagi usia sang penari sudah memasuki 80 tahun lebih.

Begitu pula dengan Legong Pengeleb yang berasal dari Desa Jagaraga Kecamatan Sawan atau Dangin Enjung. Hampir punahnya dua legong ini memang karena tidak pernah dipentaskan lagi, juga karena tidak ada regenerasi untuk menarikan legong ini.

Disbudpar Buleleng akan bekerjasama dengan Institute Seni Indonesia (ISI) Denpasar melakukan rekontruksi terhadap dua tarian asli dari Buleleng ini. Rekontruksi dilakukan karena memang ada sejumlah gerakan yang hilang karena para penari sudah lupa pada gerakan tari tersebut. Sehingga rekontruksi dilakukan dengan menyambung dan menganalisa gerakan tari berdasarkan apresiasi gerak tari yang berlaku.

Kasi Kesenian Disbudpar Kabupaten Buleleng Wayan Sujana menjelaskan, Disbudpar saat ini tengah melakukan penggalian terhadap sejumlah kesenian termasuk tari asli kabupaten Buleleng yang telah ditinggalkan dan hampir punah, untuk melakukan rekontruksi.

- Advertisement -

“Ini memang sebuah upaya untuk penyelamatan terhadap seni tari dari Buleleng, sehingga nantinya keberadaan seni tari asli Buleleng ini tidak punah, apalagi memang orang orang yang mengetahui seni Buleleng pada jaman dahulu sudah semakin minim,” Jelas Sujana.

Sementara itu kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, pihaknya berencana akan mengandeng perguruan tinggi yang mempunyai jurusan secara khsusu dibidang  seni untuk bisa menggali kesenian-kesenian Khas Buleleng, termasuk melakukan rekontruksi.

“Kedepan kita akan menjalin kerjasama baik itu dengan Undiksha ataupun ISI Denpasar, sehingga seni tabuh ataupun seni tari yang sudah maupun hampir punah bisa kami tahu dan kami bangkitkan lagi, melalui rekontruksi,” Ungkap Sutrisna.

Disisi Lain, Kabupaten Buleleng sendiri sudah sempat melakukan rekontruksi terhadap seni tari yang diciptakan di Buleleng diantaranya tari Palawakya, serta tari Wiranjaya.

Sementara itu Disbudpar Buleleng juga tengah menggali satu tarian yang tercipta di Bali Utara yakni Tari Cendrawasih Khas Buleleng. Tari Cendrawasi khas Buleleng ini berbeda dengan Tari Cendrawasih yang selama ini dikenal dengan koreografer Swasthi Wijaya Bandem dengan jumlah penarinya sebanyak dua orang. Karena Tari Cendrawasih khas Buleleng ini ditarikan oleh penari tunggal, dengan diiringi gamelan khas Buleleng yakni kekebyaran. |RM|

 

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts