5 Orang Seniman Buleleng Raih Penghargaan Wija Kusuma

Singaraja | Pemkab Buleleng menganugerahkan penghargaan seni Wija Kusuma kepada lima orang seniman Buleleng sebagai sebuah penghormatan terhadap jasa mereka dibidangnya maing-masing. Penghargaan dianugerahkan oleh Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana pada  malam penutupan Pesta Kesenian Bali (PKB) Kabupaten Buleleng ke-38 di Pelabuhan Buleleng, Senin (30/5).

Mereka yang menerima penghargaan itu yakni Ketut Suarna Dwipa dari Desa Tejakula sebagai seniman tari, Jro Dalang Wayan Narpa dari Desa Suwug seniman dalang, I Made Renda dari Desa Sawan seniman sastra daerah, I Gede Suparta dari Desa Tukadmungga seniman karawitan, dan (alm.) Gede Arya Iriana seniman musik. Penghargaan bagi Almarhum Gede Arya Iriana, diterima oleh Ketut Sukanadi yang juga istri mendiang.

Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana memberikan penghargaan seni Wija Kusuma kepada 5 orang seniman Buleleng. |Foto ; Putu Janawi|
Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana memberikan penghargaan seni Wija Kusuma kepada 5 orang seniman Buleleng. |Foto ; Putu Janawi|
- Advertisement -

Ketut Suarna Dwipa dikenal sebagai seniman yang berbuat banyak bagi dunia kesenian di Buleleng. Suarna Dwipa telah menerima puluhan penghargaan tingkat provinsi dan nasional. Dwipa pun sering melawat ke manca negara, dan hingga menginjak usia ke-56 ia masih aktif berkesenian.

Jro Dalang Wayan Narpa yang berasal dari Desa Suwug juga dikenal sebagai dalang yang aktif melestarikan pewayangan hingga kini. Jro Dalang Wayan Narpa mengawali karirnya dari menabuh gender wayang, hingga menjadi pemain gender wayang. Ia juga sering mengiringi dalang pada pagelaran wayang kulit. Karena sering mengiringi dalang, ia akhirnya memutuskan belajar mendalang secara otodidak. Kemampuannya itu akhirnya membuat Jro Dalang Narpa menjadi duta kesenian Buleleng dalam Festival Wayang Ramayana beberapa tahun silam.

Sementara I Made Renda dikenal sangat cinta dengan sastra daerah Bali, terutama sekar agung, sekar madya, maupun macepat. Kecintaannya itu diikuti dengan membina siswa di sekolah-sekolah, meski kini usianya telah menginjak 62 tahun. Selain itu ia juga membina siswa mempelajari sastra daerah diluar sekolah, serta mengarang lagu “Macepat Swarga Rohana Parwa”.

I Gede Suparta, seniman asal Desa Tukadmungga, dikenal sebagai seniman karawitan yang banyak menciptakan tabuh untuk berbagai acara. Baik itu untuk Utsawa Merdangga Gong Kebyar, Pesta Kesenian Bali, serta berbagai acara budaya lainnya.

- Advertisement -

Sedangkan Almarhum Gede Arya Iriana, dikenal sebagai seniman musik yang serba bisa. Mendiang dikenal sebagai pemain topeng bondres, mendiang juga aktif bermain teater modern. Beliau juga menciptakan lagu, pembina vokal, dan banyak karya lainnya. Beliau meninggal saat menjalankan misi kesenian Porseni Pelajar di Denpasar.

Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan, penghargaan Seni Wija Kusuma diberikan kepada seniman-seniman yang telah mengabdikan hidupnya untuk seni dan mengharumkan kesenian di Buleleng. Penghargaan itu diharapkan bisa membuat seniman semakin bersemangat mengawal dan memajukan seni di Kabupaten Buleleng.

“Kami memberikan ruang yang besar untuk pengembangan seni dan budaya kita di Buleleng, dan ini jadi program prioritas kami di pemerintahan. Bukan hanya lewat PKB atau utsawa merdangga saja, tapi pada pesta hiburan rakyat, ada pekan apresiasi seni, ada festival-festival yang memberikan ruang puluhan sanggar dan penggiat seni tradisi maupun modern agar bisa tampil, eksis, dan diapresiasi masyarakat,” kata Bupati Agus.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng, Nyoman Sutrisna mengatakan penerima dinilai layak mendapatkan penghargaan Wija Kusuma karena prestasi dan jasanya atas keberadaan seni dan sastra di Buleleng.

Menurut  Sutrisna, PKB menjadi salah satu cara bagi pemerintah Kabupaten Buleleng untuk mengali dan melestariakn seni dan budaya yang dimiliki oleh Buleleng.   “Kegiatan ini sangat positif untuk melestarikan seni dan budaya yang kita miliki. Salah satunya, beberapa tari rekonstruksi kita pentaskan, namun ada juga tarian-tarian kreasi yang dicipta oleh seniman Buleleng lainnya. Ini akan berpengaruh terhadap terhadap regenerasi seniman Buleleng kedepannya,” ujar Sutrisna.

Penutupan PKB Buleleng ke-38 ini diramaikan dengan pementasan gong kebyar dari Sanggar Wahyu Semara Santhi, Desa Pekraman Tegallinggah, Sukasada dan sanggar Ling Kawi Desa Patemon, Seririt.

Diakhir acara penutupan, grup band AKEBULELENG juga sempat mementaskan tiga lagu untuk menghibur pengunjung PKB Buleleng. |NP|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts