Repatriasi Seni Budaya Bali 1928 Diputar di Buleleng

Singaraja | Sebuah upaya memulangkan dokumen-dokumen sejarah seni dan budaya Bali dari tahun 1928 berupa film dan rekaman piringan hitam dari berbagai ruang arsip dunia berhasil dilakukan. Termasuk rekaman piringan hitam karya label Beka dan Odeon serta film-film 16 mm karya Collin Mc Phee, Miguel Covarubias, Rolf De Mare serta foto dan arsip kesejarahan Bali tahun 1930 dari Collin Mc Phee, Walter Spies, Arthur Flieschmann, Jack Merson dan yang lainnya.

Pemutaran dokumen maha penting ini membuka mata dan wawasan tentang sejarah masyarakat Bali ketika seluruh film dan rekaman serta  naskah ini diputar di Universitas Pendidikan Ganesha, Jumat (3/6).

- Advertisement -

Ketua Tim Repatriasi Bali, Marlowe Bandem mengungkapkan Edward Herbst telah bekerja sangat lama untuk mengumpulkan seluruh koleksi film dan kepingan piringan hitam sebagai dokumen yang cukup penting. Selain menelusuri rekaman yang ada di seluruh dunia, Tim Repatriasi ini juga terlibat dalam sebuah pelelangan untuk memenangkan dan bisa membeli piringan hitam yang berhasil dipulangkan.

“Kami memulai melacak daftar yang disiapkan dan berkeliling dunia mencari ke pusat-pusat arsip yang ada didunia, tidak hanya piringan hitam tapi juga film dan foto. Kita bersyukur arsip-arsip didunia memiliki system database yang baik. Semua rekaman dan film ini tersedia dan kami dapatkan dari Amerika Serikat, Meksiko, Swedia,” terang Marlowe.

Jumlah yang berhasil dikoleksi yakni piringan hitam sebanyak 111 karya aransemen gamelan dan nyanyian Bali. Film berdurasi 5 jam dari berbagai karya.  Semua itu direstorasi dengan kecanggihan digital hingga menghasilkan lima album CD dan DVD.

Kelima album tersebut berisi rekaman tentang seni tari, seni tabuh, serta tembang bali serta foto-foto tentang kesejarahan Bali dimasa tahun 1928.  Bali 1928 volume I merekam tentang Gamelan Gong Kebyar dan tabuh-tabuh dari dari Belaluan, Pangkung serta Busungbiu, Kabupaten Buleleng.  Di volume II merekam tentang tembang kuna dari masa lampau seperti Kidung dan Kekawin dari Geria Pidada Klungkung, Geria Budha Kaliungu, Banjar Abian Timbul, Geria Tampakgangsul dan Penarukan, Singaraja.

- Advertisement -

Volume III merekam Lotring dan sumber-sumber tradisi Gamelan yakni Semar Pegulingan, Calonarang, Palegongan, Gender, Wayang, Gambang dan Gandrung dari Titih, Kuta, Kaliungu, Pura Kawitan KElaci dan Pagan.

Dan volume IV merekam seni pertunjukan upacara yakni Gamelan Gong Kebyar dengan Kekawin Palawakia, Gambuh, Angklung-Klentengan dari  Belaluan, Sesetan dan Pemogan. Serta terakhir volume V berisi rekaman nyanyian dalam dramatari Janger, Arja, Topeng dan Cepung dari Ansambel Desa Kedaton, Abian Timbul, Sesetan, Belaluan, Kaliungu dan Lombok.

Disitu juga terdokumentasi secar abaik tentang aktifitas seniman Bali masa lalu semisal I Ketut Mario dari Tabanan dan Ida Boda dari Geria Kaliungum Denpasar.  Ada pula cuplikan upacara keagamaan yang dipimpin Ida Pedanda Made Sidemen.

Di arsip ini juga terekam suasana alam Jatiluwih, Tabanan yang kini tersohor sebagai salah satu warisan budaya dunia, serta pasar tradisional hingga upacara ngaben di masa lalu.

Prof. I Made Bandem mengatakan upaya pengembalian aset seni budaya Bali tahun 1928 ini sangat berharga dan menambah kekayaan khasanah seni budaya Bali dari masa lampau. Dari dokumen ini bisa ditarik asal muasal seni dan budaya kita saat ini.

“Ini sangat penting bagi Bali karena akan menjadi arsip bagi Bali dalam hal proses belajar dan mangajar seni tari. Proyek repatriasi ini akan menambah perbendaharaan seni budaya Bali.” ujar Bandem yang berbicara dalam pemutaran Bali 1928 di Undhiksa.

Tim Repatriasi dari Bali yakni STIKOM Bali Denpasar bekerja sama dengan sejumlah institusi lainnya dan mendapatkan dana hibah senilai 25 ribu US dollar atau setara dengan Rp.332 juta mampu memproduksi lima volume CD dan DVD beserta naskah-naskah hasil penelitian dari peneliti utamanya, Dr. Edward Herbst.  |NP|

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts