Singaraja, koranbuleleng.com| Spanduk peringatan berlatar merah milik Dinas Perhubungan Kabupaten Buleleng (Dishub) yang berisi larangan untuk melakukan aktifitas free style, trek-trekan serta latihan mengemudi di areal terminal Penarukan sepertinya tidak dihiraukan oleh penghobi “free style” sepeda motor.
Nyatanya, tetap saja terminal ini digunakan sebagai sirkuit free style. Terminal Penarukan yang baru beberapa bulan lalu selesai di hot mix, kini telah menjadi sarang empuk baru bagi mereka penghobi “free style” liar yang sengaja datang dan berkumpul sore hingga malam hari. Seperti terjadi pada hari Minggu, 9 Oktober 2016, terminal tetpak dijadikan untuk melatih keterampilan freestyle berbagai gaya oleh sjeumlah anak muda.
Jika melihat kondisi terminal, terminal ini memang menjadi surge latihan bagi anak-anak penyuka free style ini. Mereka menggeber sepeda motornya sambil lepas stang motor, lalu berdiri diatas motor yang sedang melaju kencang. Lalu diantara merek ajuga ada yang terlihat mengangkat ban depan atau belakang motornya.
Namun keliahaian mereka melakukan aksi “free Style”ini justru menimbulkan masalah baru. Banyak pedagang yang mengeluh karena membahayakan keselamatan konsumen yang telah menjadi langganan di kios makan miliknya.
Menurut salah satu pedagang, Wayan Rikani, komunitas ini selain sangat mengganggu, tentunya merugikan dirinya. Dengan memanfaatkan areal terminal untuk aksi yang negatif atau ugal-ugalan penjualannya setiap hari mengalami penurunan drastis disebabkan konsumen pun ketakutan setelah mendengar raungan bunyi knalpot motor yang menggelegar.
Masih menurutnya, bunyi spanduk itu menurut para penghobi free style liar dikatakan salah, bahkan mereka menyebut hanya orang gila yang melarang penyaluran hobi di tempat dan waktu yang tepat lebih baik daripada ugal-ugalan dijalanan.
“Mereka penghobi “free style” liar ini berasal dari berbagai penjuru, ada yang dari daerah Buleleng barat, anak-anak dari seputaran kota Singaraja bahkan dari Desa Kubutambahan, mereka rata-rata bukan warga kelurahan Penarukan. Pokoknya mereka pintar, ketika petugas kepolisian datang mereka bubar sebentar, dan setelah tahu petugas pergi satu per satu berkumpul kembali untuk menyalurkan hobinya pak,” ujar Wayan Rikani.
Hal yang sama juga dikatakan Luh Sini (40), pedagang yang sudah setahun mengontrak kios di terminal Penarukan mengutarakan, sudah beberapa kali aktifitas free style menimbulkan permasalahan di kalangan para pedagang. Beberapa hari yang lalu seorang paruh baya yang bermaksud berbelanja di warung miliknya hampir ditabrak oleh salah seorang anak muda yang sedang melakukan free style.
“Pada waktu komunitas itu melakukan aksi standing, tiba-tiba ada seorang nenek melintas. Spontan saja nenek itu terkejut dan terjatuh menghindari aksi liar anak muda tersebut, bukannya bertanggung jawab malahan mereka kabur meninggalkan nenek yang terjatuh itu, beruntung nenek itu ditolong oleh sekumpulan anak muda penarukan yang sedang olahraga futsal,” terangnya.
Menanggapi hal ini, Kadishub Buleleng, Gede Gunawan A.P saat dikonfirmasi melalui telepon mengatakan, Dinas Perhubungan Buleleng sudah sangat sering menertibkan, bahkan juga mengejar para pemuda tersebut.
“Upaya penertiban sudah sering kami lakukan, itu untuk mencegah kejadiaan yang tidak diinginkan, bahkan kami tak segan-segan melakukan pengejaran terhadap pelaku trek liar tersebut, ” ungkap Gunawan A.P
Dikatakannya juga, sosialisasi juga dilakukan melalui spanduk dan selebaran.
“Disini kami mengajak seluruh komponen masyarakat Buleleng untuk ikut berperan mengawal, juga mengawasi aktifitas yang sudah meresahkan masyarakat, terminal penarukan adalah aset masyarakat oleh sebab itu, masyarakat berhak melarang siapapun yang menggunakan terminal ketika tidak pada peruntukkannya. Mari jaga asset tersebut, karena perbaikan terminal yang menggunakan dana hampir Rp 1, 2 M lebih adalah dana dari masyarakat,” pungkasnya. |NH|
