Ribuan Warga Meboros Sepasang Kidang

Singaraja, koranbuleleng.com | Ribuan warga Desa Pekraman Busungbiu, Kecamatan Busungbiu melakukan tradisi meboros di hutan Kutul dan Hutan Pangkungbiu, 12 Oktober 2016. Tradisi meboros ini serangkaian dengan upacara pujawali di desa setempat yang biasa digelar setiap tiga tahun.

Warga yang ikut dalam tradisi meboros ke hutan yang disakralkan warga setempat harus membawa sejumlah perlengkapan seperti penutup kepala atau upih yang terbuat dari pelepah pohon pinang yang dikeringkan. Upih ini digunakan sebagai upaya penyamaran dalam berburu kidang. Masyarakat juga membawa perlengkapan seperti sabit, jarring serta ada yang membawa pedang.

- Advertisement -

Tradisi ini sudah dijalankan warga desa Pekraman Busungbiu sejak lama, dan sampai kini masih dilakukan. Warga setempat berkeyakinan bahwa tradisi meboros ini harus tetap dilaksanakan terkait dengan keyakinan dan nilai-nilai spiritual yang dianut warga setempat.

Saat meboros, ada tiga tim secara khussu dalam perburuan ini. Yakni ada tim pemburu yang memang punya keahlian khusus untuk berburu kidang. Ada juga tim pengintai untuk mengendus keberadaan kidang, lau ada tim buru sergap serta tim pemasang jaring.

Klian Desa Pekraman Busungbiu, Nyoman Dekter mengatakan tradisi meboros ini merupakan warisan nenek moyangwarga Desa Busungbiu yang telah ada sejak lama. Kidang-kidang yang diburu akan dipoergunakan untuk sarana upacara mebayuh kukul.

“Kidang yang didapatkan haruslah jantan dan betina. Mereka diburu dan ditangkap dengan baik. Tidak boleh kasar apalagi sampai terluka. Nantinya kidang yang diburu inilah yang akan digunakan sebagai salah satu sarana banten,”ujar Dekter.

- Advertisement -

Sementara itu, salah satu warga Desa Busungbiu yang juga anggota DPRD Bali, Ketut Kariasa Adnyana mengatakan tradisi meboros ini sangat dijaga oleh warga desa Busungbiu.

PErburuan dilakukan dengan niat yadnya untuk kepentingan ritual adat dan budaya sesuai dengan keyakinan warga Desa Adat Busungbiu. “Saya kira, tradisi ini memang tetapharus dipertahankan untuk menjaga warisan luhung dari leluhur. Kita patut untuk meneruskannyanya,”ujar Kariasa.

Warga Desa busngbiu berkeyakinan perburuan kidang ini tidak akan menganggu habitat dan ekosistemnya apalagi dilakukan setiap ada momen upacara pujawali setiap dua tahun dan tiga tahun sekali. Masyarakat setempat juga percaya, jika ada yang melakukan perburuan secara liar justru akan terkena hal-hal yang buruk.|NP|

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts