Bebetin, Cikal Bakal Sampi Gerumbungan

Singaraja, koranbuleleng.com | Parade sampi gerumbungan digelar di Desa Bebetin, Kecamatan Sawan, Buleleng, Sabtu 19 Nopember 2016.  Tampak, seorang tokoh desa setempat, Jro Bau I Gede Subandi, yang umurnya kini sudah mendekati angka tujuh puluh tahun, namun ia tampak masih cekatan memasang sejumlah hiasan kepala serta memasang tali sais dan properti lainnya. Jro Bau I Gede Subandi, salah satu tokoh masyarakat di Desa Bebetin yang sampai kini masih melestarikan dan memelihara sapi-sapi yang secara khusus diikutkan untuk melaksanakan tradisi sampi gerumbungan.

Menurut Jro Bau I Gede Subandi, Desa Bebetin adalah cikal bakal lahirnya sampi gerumbungan di Bali utara. Di Desa ini, terkenal bibit sapi yang bagus baik dari segi fisik maupun cara pemeliharaan sapi. Maka itu, Desa Bebetin mempunyai semboyan Wiwit Merta Sari. Dalam konteks bahasa Indonesia, Wiwit Merta Sari ini mempunyai arti bahwa bibit-bibit sapi yang baik ini membawa rejeki bagi masyarakat di Desa Bebetin. Semboyan ini juga digunakan sebagai nama kelompok tani ternak di Desa Bebetin sejak tahun 2002.

- Advertisement -

Jro Bau Gede Subandi menerangkan, tradisi sampi gerumbunganin di Desa Bebetin erat kaitanya dengan tradisi budaya agraris serta ritual keagamaan hindu di Bali.

“Kepercayaan masyarakat Desa Bebetin terhadap sapi gerumbungan sangat kental, istilahnya dulu leluhur kita untuk  naur sangi (membayar kahul) ketika sapi gerumbungan digunakan membajak dalam alih fungsi ladang menjadi lahan persawahan. Dipercayai, Membajak sawah dengan sapi maka hasil pertanian bakal melimpah ruah, biasanya setelah berhasil warga tersebut membayarnya dengan sesajen “tegak kedik” dan menggelar atraksi sapi gerumbungan sebagai ucapan rasa terima kasih atas keberhasilan yang dicapai,” tutur Jro Bau Subandi.

Karena itulah, sebagian besar petani di Desa Bebetin sampai kini sebenarnya masih menjaga tradisi membajak sawah dengan sepasang sapi. Selain untuk menjaga tradisi, keyakinan bahwa hasil persawahan dan pertanian akan berlimpah jika menggunakan sapi saat membajak masih tertanam dengan baik di pemikiran mereka.

Jro Bau Gede Subandi mengucapkan bahwa Desa bebetin yang menjadi pionir Sampi Gerumbungan di Bali. Warga setempat sangat cekatan dalam memelihara sapi. Mereka bis amembedakan, sapi yang baik untuk gerumbungan maupun hanya sekedar untuk membajak sawah.

- Advertisement -

Sapi Gerumbungan di Buleleng lebih menekankan unsur keindahan, keseragaman dari langkah kaki, serta bentuk tubuh sapi yang tegak dan gagah.

“Berbeda dengan daerah lain, kalau itu kan balapan mereka lebih mengutamakan kecepatan. Kalau kita disini lebih pada unsur keindahan, keseragaman. Ini mencerminkan bahwa masyarakat kita sangat telaten memelihara sapi. Jangan salah, warga di Desa Bebetin terbiasa memijat badan dan kaki sapi supaya terlihat bagus, dan jika badan sapi bagus maka nilai jual juga tinggi,” terang Jero Subandi.

Bukan hanya di Desa Bebetin, sejumlah petani di sekitar desa-desa yang berdekatan dengan Desa Bebetin juga masih banyak petani yang membajak dengan menggunakan sapi. Salah satunya, Gede Nala, di Desa Sawan masih terlihat membajak areal persawahannya dengan empat ekor sapi.

Menurut Gede Nala, dirinya meyakini bahwa warisan membajak sawah dengan sapi dari leluhurnya akan menurunkan kebaikan juga, walaupun kini banyak uga petani yang sudah beralih ke traktor.

“Banyak juga petani yang memabajak dengan traktor, tapi saya tidak bisa dirayu dengan traktor. Saya ingin tetap mempertahankan tradisi membajak dengan sapi karena keyakinan kami hasil pertanian pasti baik. Alam tetap terjaga tidak terkontaminasi polusi,” terang nala saat ditemui membajak sawahnya dengan sapi.

Nala juga mengakui, dirinya juga masuk dalam kelompok sapmpi gerumbungan di desanya. Dan sering ikut dalam parade sampi gerumbungan di beberapa daerah di Buleleng.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng, Nyoman Sutrisna saat ditemui di sela-sela acara sampi Gerumbungan di Desa Bebetin mengucapkan atraksi sampi gerumbungan ini adalah salah satu atraksi wisata yang patut dipromosikan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng.

Sampi Gerumbungan adalah kekayaan khasanah budaya lokal Buleleng yang berbeda dengan daerah lain seperti Jembrana maupun Madura. Sampi Gerumbungan di Buleleng lebih menekankan pada sisi keindahan.

“Atraksi sapi gerumbungan yang digelar merupakan langkah promosi mengenalkan keragaman atraksi seni dan budaya yang dimiliki Kabupaten Buleleng, saat ini khusus pada Bage bagian Timur. Selanjutnya kami akan mengadakan pembinaan ke Bage bagian tengah dan barat, arah kedepan jika pembinaan ini berhasil dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bersama dengan desa, tentu pada festival yang digelar mendatang parade yang ditampilkan menarik dan juga lebih atraktif,” terang Sutrisna.

Bebetin Bangun Ikon Sampi Gerumbungan

Patung Sampi Gerumbungan di Jalan ahmad Yani, Singaraja, Kelurahan Banyuasri |Foto : Istimewa|
Patung Sampi Gerumbungan di Jalan ahmad Yani, Singaraja, Kelurahan Banyuasri |Foto : Istimewa|

Patung sampi gerumbungan yang berdiri tegak di Jalan Ahmad Yani, Singaraja, Kelurahan Banyuasri menjadi inspirasi bagi Desa Bebetin untuk membangun sebuah patung dengan konsep sampi gerumbungan di pintu masuk Desa bebetin, Kecamatan Sawan.

Ide untuk membangun patung sampi gerumbungan di Desa Bebetin dilontarkan langsung oleh Kepala Desa Bebetin, Ketut Laksana saat atraksi Sampi Gerumbungan di Desa Bebetin, Sabtu 19 Nopember 2016.

Mantan pejabat Pemkab Buleleng era kepemimpinan Putu Bagiada ini mengaku akan mengadopsi konsep patung sampi gerumbungan di Kelurahan Banyuasri untuk didirikan di Desa Bebetin. Patung sampi Gerumbungan ini nantinya menjadi ikon khas Desa Bebetin. Pendirian patung sampi gerumbungan bukan tanpa alasan dan hanya coba-coba, tapi melihat potensi Desa Bebetin sejak lama sebagai desa yang mempunyai populasi sapi yang cukup tinggi.

Warga Desa Bebetin sudah memlihara sapi dengan turun-temurun, Disini pula muncul ide untuk mentradisikan sampi gerumbungan. Dulunya, sampi gerumbungan adalah atraksi untuk membayar kaul ketika lahan pertanian dan persawahan milik warga menghasilkan hasil panen yang berlimpah.

Ya, Ide mendirikan patung Sampi Gerumbungan ini melihat potensi Desa Bebetin sebagai wilayah peternakan sapi bali yang mumpuni dan telah menjadi cikal bakal lahirnya Sampi Gerumbungan di Bali Utara.

“Kami tertarik dan berencana membangun Sapi Gerumbungan sebagai ikon Desa Bebetin. Ditempatkan di pintu masuk utama desa yang berbatasan dengan Desa Sawan. Referensinya, tugu sapi yang terletak di Banyuasri, sebelumnya kami akan pelajari dulu, siapa sih yang membuat patung di jaman Bupati Ginantra itu. Soal seni kami tidak mau coba-coba dan pembangunan patung ini sudah diprogramkan di tahun 2017.“ terang Laksana.

Menurut Laksana, Patung sampi Gerumbungan di Dkelurahan Banyuasri itu dibuat pada masa kepmimpinan Bupati Ginantra. Kala itu, Patung itu dibuat oleh Dinas Pekerjaan umum Kabupaten Buleleng. Saat itu, kata Laksana dirinya masih menjabat sebagai kepala seksi di salah satu instansi dibawah naungan Pemkab Buleleng.

“Konsep patung itu sebenarnya sangat bagus, itulah salah satu ikon Buleleng. Tapi banyak yang tidak tahu kan dan menganggap itu hanya patung biasa. Tetapi makna dan kekhasannya sangat dalam,” terang Laksana. |NH|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts