Pipa Sering Bocor, Warga Sinabun Sering Alami Krisis Air

Singaraja, koranbuleleng.com | Ribuan kepala keluarga yang tersebar di empat dusun di Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Buleleng, seringkali kesulitan memperoleh pasokan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Pasalnya beberapa pipa induk saluran air bersih milik Sistem Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat Perdesaan (SPAMDES) yang di kelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Desa Sinabun seringkali mengalami kebocoran.
Sejumlah titik instalasi pipa jaringan air yang membentang sejauh 9 kilometer dari sumber mata air di Desa Lemukih kondisinya cukup memprihatinkan. Banyak pipa penyalur yang kondisnya sudah tua hingga memicu terjadinya tingkat kebocoran. Kerawanan itu juga diperparah karena letak instalasi penyalur air bersih harus melintasi kawasan perbukitan terjal di Desa Sudaji yang daerahnya dikenal rawan longsor.
Bukan tanpa jalan keluar, pihak Bumdes selaku lembaga pengelola air bersih bersama pemerintah desa setempat telah berupaya sekuat tenaga mengadakan perbaikan serta peremajaan pada pipa distribusi yang dilakukan secara bertahap guna meningkatkan kualitas pelayanan air bersih dengan memanfaatkan alokasi Dana Desa. Namun pada kenyataanya, butuh dana yang cukup besar untuk bisa melakukan peremajaan pipa penyalur, dan itu tentunya tidak sebanding dengan minimnya anggaran yang dialokasikan melalui Dana Desa.
Pihak desa pun telah menempuh cara lain melalui pengajuan usulan berupa proposal permohonan perbaikan jaringan distribusi air bersih sepanjang 9 kilometer yang ditujukan kepada Bidang Prasarana Wilayah Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali dengan harapan seluruh masyarakat Desa Sinabun bisa menikamati air bersih. Namun sampai saat ini proposal yang diajukan pada bulan April 2016 tersebut sampai sekarang belum juga terealisasi.
Menurut data yang dibeberkan pihak Bumdes, dari jumlah 1472 kepala keluarga (KK) yang bermukim di Sinabun. Bumdes baru bisa melayani 859 KK yang tersebar di empat dusun yakni Dusun Menasa, Dusun Dalem, Dusun Tengah dan Dusun Jero. Dalam skala pendistribusian normal mereka harus rela menunggu giliran untuk mendapatkan air bersih yang diberlakukan Bumdes tiap dua sampai tiga hari sekali. Keadaan ini pun  sudah terjadi sejak puluhan tahun silam. Mereka hanya mampu menggantungkan hidupnya pada sumber mata air yang terletak di kawasan Desa Lemukih lantaran tidak ada lagi sumber air bersih lainnya yang bisa memasok air bersih sebagai sarana vital dan menjadi satu-satunya andalan untuk memenuhi kebutuhan minum, mandi, cuci, dan kakus masyarakat Desa Sinabun.

Dampak terparah sangat dirasakan oleh ratusan penduduk yang bermukim di gang acep, Banjar Dinas Dalem. Ketika koran berkunjung, nampak setiap rumah memiliki bak penampungan air yang ukurannya bervariasi.

“Sudah puluhan tahun kesulitan memperoleh air bersih. Apalagi di gang acep ini, di belakang rumah saya, air sampai nggak bisa naik. Hampir dua tahun lebih harus giliran menikmati air bersih. Biasanya kami harus antri tiap dua atau tiga hari sekali dan itupun jika tidak ada kerusakan di pipa induk. Normal saja debit airnya sangat kecil,” tutur warga gang acep, Luh Sukri, Rabu 7 Desember 2016.

- Advertisement -

Wanita pengrajin hiasan penjor itu mengatakan, Ia dan puluhan warga lainnya menyiasati dengan menyediakan bak penampungan air agar tak kekurangan air bersih.

“Tiap rumah di gang acep memiliki bak penampungan dengan ukuran yang bervariasi. Bahkan yang rumahnya lebih tinggi harus pake sanyo untuk menaikkan air. Paling susah itu ketika rainan dan punya acara keagamaan, bingung pak,” jelasnya.

Kepala Desa Sinabun saat ditemui di ruang kerjanya mengungkapkan Secara umum Desa Sinabun memiliki sumber air yang begitu melimpah. Namun dalam perhitungan beberapa pipa mengalami kebocoran disebabkan pipa yang digunakan tidak sesuai sesuai standard. Bumdes berencana melakukan peremajaan pipa distribusi pada jaringan induk yang melintasi kawasan perbukitan Desa Sudaji.

“Kondisi pipa PVC dan pipa besi banyak yang telah berumur puluhan tahun, banyak yang korosi dan riskan mengalami kebocoran. Beberpa pipa juga ada endapan lumpur sehingga hal itu perlu segera diremajakan. Tentunya butuh dana cukup besar. Dalam hitungan kasar, pipa PE kualitas standar dengan diameter 3 inchi sepanjang 9 kilometer butuh dana sekitar 2 milyar. Transfer air bersih dari sumber mata air ke desa sinabun dengan gravitasi kurang lebih 400 meter, menghasilkan debit air 6 liter per detik,” jelasnya.

- Advertisement -

Ia menyebut pengelolaan air bersih mengacu pada Peraturan Desa Sinabun yang digunakan sebagai payung hukum mengatur tentang pengelolaan Air Bersih yang dibuat pada tahun 1998. Dalam peraturan disebutkan mengenai pengaturan pelaksanaan penyediaan air bersih, administrasi penyedian air, dan sanksi apabila terjadi pelanggaran terhadap peraturan tersebut.

“Pemberlakukan tarif kan berbeda. Itu tergantung dari penggunaan, jika 0-10 kubik mereka dikenakan tarif sebesar Rp. 7500,- dengan rincian Rp. 4000,- ditambah uang beban sebesar Rp. 3000,- jadi per bulannya. Jika penggunaan diatas 10 kubik menyesuaikan dikenakan tarif progresif,” ungkapnya.

Menurutnya warga yang kekurangan air untuk kebutuhan air sehari-hari terpaksa berbagi dengan warga lainnya yang masih memiliki stock air bersih jika belum mendapatkan giliran air bersih. 

“Penggiliran adalah upaya agar bisa memperpanjang pasokan rutin air bersih bagi warga,” kata Sumenada.

Sementara itu, Pria yang telah tiga tahun menjabat sebagai Kepala Desa selalu menghimbau warganya yang akan menggelar upacara keagamaan agar menyampaikan pemberitahuan sebelumnya secara lisan atau tertulis pada pihak Bumdes.

“Ngaben, Tiga Bulanan serta acara keagaman lainnya harus disampaikan terlebih dulu ke Bumdes agar tak mengorbankan kepentingan ribuan warga lainnya. Minimal seminggu sebelumnya agar bisa dijadwalkan oleh Bumdes. Menanggulangi hal ini, kami sangat berharap agar Pemerintah Provinsi Bali mau turun tangan membantu krisis air yang kami alami saat ini,” harap Sumenada. (NH)

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts