Pilkada Bukan Sekedar Milih Orang Tapi Memilih Program

Singaraja, koranbuleleng.com | Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Buleleng mulai tampak lebih meriah paska putusan PT.TUN yang mengabulkan gugatan dari bakal pasangan calon Dewa Nyoman Sukrawan – Gede Dharma Wijaya. Kedepan, sudah bisa dipastikan Pilkada Buleleng akan berlangsung dengan dua pasangan calon, bukan lagi satu pasangan calon melawan kotak kosong yang selama ini santer terdengar di masyarakat. Artinya, ada pilihan yang lebih fair bagi masyarakat.

Kepastian ini setelah KPU Buleleng memutuskan untuk menindaklanjuti putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) nomor perkara : 5/G.PILKADA/2016/PT.TUN.SBY tertanggal 6 Desember 2016 dengan menetapkan Dewa Nyoman Sukrawan dan Gede Dharma Wijaya sebagai pasangan calon yang memenuhi syarat pada pemilihan bupati dan wakil bupati Buleleng tahun 2017. Kepastian ini diambil KPU Buleleng saat menggelar pleno untuk menindaklanjuti keputusan PTTUN, Sabtu 10 Desember 2016.

- Advertisement -

Proses selanjutnya, KPU Buleleng akan melakukan perubahan tahapan Pilkada, utamanya terkait dengan tahapan kampanye Pilkada Buleleng, setelah itu penetapan pasangan calon Dewa Nyoman Sukrawan dan Gede Dharma Wijaya dari unsur perseorangan, dan pengundian nomor urut serta deklarasi ulang kampanye damai yang akan melibatkan dua pasangan calon yang telah ditetapkan.

Rencananya, KPU Buleleng akan menggelar pleno Penetapan Paslon Dewa Nyoman Sukrawan dan Gede Dharma Wijaya sebagai pasangan calon yang memenuhi syarat pada pemilihan bupati dan wakil bupati Buleleng tahun 2017 pada tanggal 12 Desember 2016, dan pelaksanaan pengundian nomor urut pasangan calon pada 13 Desember 2016. Setelah itu, 16 Desember 2016 akan menggelar kampanye damai.

Dua pasangan calon, yakni pasangan calon Putu Agus Suradnyana dan Nyoman Sutjidra yang disuung oleh Partai PDI Perjuangan dan Partai Nasdem sebagai partai pengusung dan beberapa partai lain sebagai partai pendukung yakni PPP, PKB, Partai Gerindra, PAN dan Partai Hanura.

Sementara pasangan Dewa Nyoman Sukrawan dan Gede Dharma Wijaya diusung oleh rakyat dan didukung oleh dua partai besar, Partai Golkar dan dan Partai Demokrat. Partai Golkar di Pilkada Buleleng ini sama sekali tidak mampu melahirkan calon Bupati dan wakil bupati.

- Advertisement -

Kedua pasangan ini berlatar belakang sebagai politisi. Putu Agus Suradnyana tentu saja menjadi salah satu politisi gaek di PDIP yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Buleleng bahkan sering disebut-sebut dekat dengan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri. Begitupun, Nyoman Sutjidra yang belakangan juga masuk dalam salah satu organisasi sayap dari PDIP Bali.

Lalu, Dewa Nyoman Sukrawan juga politisi cerdik dari PDI Perjuangan. Walaupun dia akhirnya harus lengser dari jabatan Bendahara DPD PDIP Bali karena ikut nyalon di Pilkada Buleleng melalui jalur perseorangan. Konon, Dewa Nyoman Sukrawan juga dipecat dari PDI Perjuangan, namun sampai saat ini surat pemecatan itu secara resmi belum keluar dari pejabat berwenang di PDIP. Sementara Gede Dharma Wijaya juga adalah politisi, dia kader dari Partai Demokrat.

Pengalaman lainnya, Putu Agus Suradnyana adalah petahana dalam Pilkada Buleleng, dia juga sempat menjadi anggota DPRD Porpinsi Bali dari Dapil Buleleng. Sementara, Nyoman Sutjidra adalah seorang dokter yang juga pernah bertugas di sejumlah puskesmas di Bali hingga akhirnya dia mendirikan sebuah rumah sakit megah di Bali.

Sedangkan Dewa Nyoman Sukrawan juga pernah menajdi anggota DPRD Kabupaten Buleleng dan Ketua DPRD Kabupaten Buleleng. Selama menjadi Ketua DPRD Kabupaten Buleleng, situasi dan kondisi politik di internal DPRD Buleleng cukup solid, tak pernah terdengar ada gesekan politik. Saat yang sama kala itu, Gede Dharma Wijaya juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Buleleng. Selain sebagai politisi, Dharma Wijaya juga dikenal sebagai pengusaha moda transportasi cukup terkenal.

Yang menarik adalah, masyarakat menilai Pilkada Buleleng adalah pertarungan antara kader banteng, Putu Agus Suradnyana dan Dewa Nyoman Sukrawan. Itu menandakan secara psikologis, Masyarakat Buleleng masih  tertanam dan dihadapkan pada pilihan sosok fisik (wujud dan rupa) semata dari Putu Agus Suradnyana dan Dewa Nyoman Sukrawan yang lahir dari PDIP.  Tidak penting sebenarnya, siapa yang dicalonkan secara fisik jika calon pemimpin itu masih sehat, bisa berfikir waras supaya nantinya mampu mengelola daerahnya.

Almarhum Kyai Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saja dulu yang mengalami keterbatasan bisa menjadi presiden, walaupun ditengah jalan dilengserkan secara politis. Namun dibenak masyarakat, Gus Dur adalah sosok pemimpin waras yang punya peran besar memajukan bangsa ini. Dia Presiden yang berhasil menaikkan taraf hidup masyarakat dan Pegawai Negeri Sipil. Dia juga membuka akses keberagaman di Indonesia, dan Gus Dur adalah presiden yang secara tegas dan berani mengakui Kong Hu Cu sebagai keyakinan yang diakui oleh negara.

Nah, terkait pilih-memilih pemimpin Buleleng ini, dalam beberapa kali kesempatan menurut akademisi dari Universitas Panji Sakti, Gde Made Metera menyatakan sudah saatnya pemilih di Pilkada Buleleng berlaku cerdas. Yang terpenting dalam memilih pemimpin yang dihasilkan dari proses Pilkada Buleleng itu adalah mengetahui, mencerna dan memikirkan secara baik tentang visi dan misi, program kerja dari masing-masing pasangan calon.

Visi Misi, Program kerja ini harus diketahui luas oleh masyarakat. Apa yang menjadi visi dan misi serta program kerja unggulan para calon pemimpin Buleleng ini nantinya akan dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Kabupaten Buleleng.

Karena itulah, masyarakat sebenarnya sudah harus dihadapkan pada pilihan memilih visi dan misi, serta program kerja sedari tahapan kampanye Pilkada Buleleng dimulai. KPU Buleleng sebagai penyelenggara punya kewajiban untuk menyebarkan seluruh visi dan misi serta program kerja dari kedua pasangan calon melalui alat peraga dan ragam media kampanye.

Sisi lain, masyarakat juga perlu untuk mengetahui rekam jejak dari kedua pasangan calon yang berlaga di Pilkada Buleleng. Rekam jejak ini penting karena akan menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat untuk memilih pasangan calon. Apa yang telah diperbuat kedua pasangan calon dimasa lalu untuk masyarakat, sehingga rekam jejak ini menjadi pintu bagi masyarakat untuk memilih kedua pasangan ini.

Rekam jejak bisa juga menyoal tentang latar belakang organisasi yang diikuti oleh pasangan calon baik itu organisasi politik, sosial kemasyarakatan ataupun yang lain. Latar belakang berorganisasi ini pentinga karena akan menjadi dasar atau cermin masyarakat bahwa seorang calon pemimpin punya skil dan pengalaman dalam mengendalikan birokrasi.

Masyarakat juga harus melihat kompetensi dari masing-masing pasangan calon, karena bisa jadi tidak semua pasangan calon mampu menerapkan visi dan misi serta program kerjanya. Ini juga harus dikritisi oleh masyarakat sebagai pemilih. Tentu hal ini nantinya bisa dicerna dan dipahami ketika ada debat publik bagian dari kampanye Pilkada Buleleng. Disana, masyarakat bisa menilai secara langsung kompetensi atau kemampuan dari pasangan calon.

Dibutuhkan peran dari para intelektual juga agar jangan hanya menghadapkan masyarakat pada pilihan fisik dari kedua pasangan calon ini. Semampu mungkin, peran intelektual untuk ikut mencerdaskan masyarakat dalam memilih dengan cara menggiring masyarakat supaya bisa melek terhadap visi dan misi, serta program kerja dan rekam jejak dari para pasangan calon.

Biasanya, yang membuat proses demokrasi hancur itu karena ada opini-opini negatif semacam black campaign atau kampanye hitam, money politik atau politik uang, dan isu negatif lain yang berkembang dimasyarakat dan itu sering dilakukan oleh kaum tertentu saja. Menghadapkan masyarakat pada pilihan fisik semata berpotensi besar memunculkan kampanye hitam maupun politik uang.

Jadi, mari bersama menjadi cerdas untuk memilih pemimpin Buleleng di Pilkada Buleleng 2017. Jangan sekedar fanatik terhadap calonnya tetapi wajib untuk memahami dan memikirkan serta mencerna secara baik apa yang menjadi visi dan misi serta program kerja dari kedua pasangan calon. Termasuk mengetahui dengan baik rekam jejak dan kompetensinya. |Nova Putra|

 

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts