Ratusan Pohon Cengkeh Tumbang Dihantam Angin Puting Beliung

Singaraja, koranbuleleng.com | Warga bersama perangkat Pemerintah Desa Sembiran dibantu pihak kepolisian dan Koramil melakukan gotong- royong memperbaiki beberapa rumah warga serta perkebunan yang porak poranda pasca musibah angin puting beliung yang menerjang kawasan perbukitan dusun Bukit Seni, Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula beberapa hari lalu.

Peristiwa angin puting beliung menerjang dusun tersebut terjadi pada Rabu, 21 Desember 2016 sekitar pukul 17.30 wita. Selain angin kencang, hujan lebat disertai petir menyelimuti dusun pada dataran tinggi Desa Sembiran.

- Advertisement -

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun koranbuleleng.com, Terdapat tiga rumah warga yang mengalami kerusakan sedang maupun ringan yakni rumah milik Wayan Kantun (46), Nyoman Sumidi (46), dan Wayan Timtim (35). Dampak terparah dirasakan sejumlah petani cengkeh sebab ratusan pohon cengkeh produktif rata-rata berusia lebih dari 20 tahun tumbang pasca musibah tersebut. Meski mengakibatkan kerusakan yang cukup parah, musibah itu tidak sampai menelan korban jiwa.

“Beberapa pohon cengkeh yang roboh terpaksa dipotong, biasanya dijadikan kayu bakar,” kata seorang petani penggarap, Ketut Darsana.

Sementara itu, Wayan Kantun (46) mengatakan bahwa dirinya tidak menyangka rumahnya akan diterjang angin kencang. Saat angin kencang menerjang, Ia bersama keluarga mulai panik. Kemudian berusaha berlari keluar rumah untuk mencari tempat aman.

“Saat itu kami langsung keluar rumah, tiba-tiba angin puting beliung sudah mengangkat atap rumah. Atap seng depan terbelah dua, bagian yang satu terbang kedepan rumah, dan satunya lagi entah kemana,” ujarnya.

- Advertisement -

Kondisi atap rumah keluarga Wayan Kantun saat musibah itu cukup parah. Namun kini atap seng itu sudah diganti terpal tebal bantuan dari pihak pemerintah desa untuk menutupi atap rumah sementara waktu.

“Kejadian saat itu sangat mengerikan. Tidak pernah kami melihat kejadian seperti itu. Sementara pakai terpal, dan nanti sore baru diganti lagi dengan atap seng,” tambahnya.

Kepala dusun Bukit Seni, Nyoman Kariasa saat di lokasi gotong royong menceritakan, sore itu dusun diselimuti kabut. Tiba-tiba hujan lebat disertai angin kencang menerjang kawasan perbukitan dusun tersebut. Namun anehnya angin tidak berasal dari satu arah, melainkan berhembus dari berbagai arah.

Angin puting beliung itu pertama kali muncul dari bawah Bukit Seni kemudian berputar menuju ke arah timur. Tak berselang lama, beberapa pohon mulai terlihat tumbang akibat diterjang angin puting beliung.

“Pertama menghantam perkebunan cengkeh juga rumah Wayan Kantun dan Wayan Timtim. Kemudian meluas ke timur di perkebunan cengkeh, Nyoman Artama, Made Merta, Made Gare, Wayan Bon, Bu Suwindra, Kadek Suarta. Pohon-pohon bergetar hebat, perlahan mulai miring, dan akhirnya roboh. Tiba-tiba angin yang berputar itu muncul, selanjutnya menghilang dan muncul lagi di tempat lain. Kejadian seperti itu terus terjadi, karena angin itu berpindah-pindah tempat,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan, sekitar 100 pohon cengkeh, dan sekitar 30 pohon kelapa tumbang akibat terjangan angin puting beliung. Namun jumlah itu hanya perkiraan sementara. Karena jumlah itu berdasarkan dari pantauan pada lokasi perkebunan disekitar dusun Bukit Seni.

Menurutnya, jumlah pohon cengkeh dan kelapa yang tumbang mungkin akan bertambah, karena angin puting beliung ini juga menyebar menyapu areal perkebunan hingga kawasan perbatasan dusun.

Sedangkan, untuk rumah yang mengalami kerusakan masih bisa ditinggali. Kerusakannya yang dialami pun beragam, mulai dari atap rumah yang terbang terbawa angin, sampai ada dinding rumah yang roboh.

“Jika dihitung kerusakan dari ketiga rumah itu sekitar Rp 15 juta. Sedangkan untuk ratusan pohon cengkeh dan kelapa juga pohon lainnya tidak bisa dikalkulasikan secara pasti. Namun jika kita hitung secara kasar dari hasil panennya, pada pohon cengkeh produktif usia 20 tahun menghasilkan cengkeh basah 15 kilogram per pohon, jika dikalikan 100 pohon, ya ratusan juta nilai kerugiannya,” jelasnya.

Sementara itu, Kadek Suarta (42) warga Dusun Bukit Seni lainnya juga mengaku sempat mendapatkan lembaran seng yang terdampar di belakang rumahnya. Ia tak terdampak karena rumahnya berjarak sekitar satu setengah kilometer dari lokasi musibah.

“Kemarin sempat bingung, siapa yang membuang seng sembarangan. Namun setelah didatangi pak kadus, katanya seng itu milik pak Kantun,” singkatnya.

Sedangkan Camat Tejakula, Nyoman Widiartha ketika ditemui di ruang kerjanya menjelaskan, menurut laporan yang diterima ada dua desa yang mengalami musibah yakni Desa Sembiran dan Desa Bondalem.

Untuk musibah di Desa Bondalem ada tiga pohon tumbang namun sudah langsung ditangani, kemudian di sekolah Dasar Negeri 9 Bondalem juga terjadi tanah longsor yang mengakibatkan pohon tumbang yang mengenai tembok penyengker warga namun tidak menimbulkan korban jiwa.

 

Menurut rencana hari Minggu, 25 Desember akan dilaksanakan kegiatan gotong royong bersama warga setempat membersihkan puing-puing material tembok penyengker tersebut.|NH|

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts