Bocah Miskin Nan Malang, Lima Tahun Idap Hydrocepalus

Singaraja, koranbuleleng.com| Bocah ini, Kadek Sekar Widiasada, 5 tahun, sungguhlah bernasib malang. Selain dibelit kemiskinan, Sekar juga harus berjuang melawan penyakitnya selama enam tahun, Hydrocepalus. Penyakit ini sebenarnya sudah diketahui oleh orang tuanya, Ayu Astrini dengan Ketut Budi Ardika sejak masa mengandung.

Namun karena tak ada biaya pengobatan, bocah inipun terus menderita akibat penyakitnya hingga sekarang berumur lima tahun. Bukan hanya itu, Dia juga alami kelumpuhan akibat sistem syaraf terganggu sebagai dampak dari penyakit hydrocepalus ini.  Lingkar kepala Sekar terus membesar tanpa pengobatan yang berarti.

- Advertisement -

Kadek Sekar merupakan anak kedua, buah perkawinan Ayu Astrini dengan Ketut Budi Ardika, 32. Putra pertamanya, Putu Sandiarta, 10, terlahir lewat persalinan normal dan kini dalam kondisi normal. Sandiarta kini tengah menempuh pendidikan di SDN 3 Tukadmungga.

Menurut cerita Astrini, dirinya sudah mengetahui Sekar alami kelainan sejak anaknya dikandung. Dokter juga sudah memberitahunya terkait persoalan itu. Secara medis, pihak dokter menyatakan ada cairan berlebih di kepala janin yang dikandungnya, kala itu.

Saat lahir, Astrini melihat biasa saja dan tidak melihat kelainan di bayinya. Namun dia baru tersadar ketika anaknya menjalani upacara tiga bulan.

“Biasanya kalau anak mau nelung bulanin kakinya kan sudah kuat. Tapi anak saya ini tidak. Kakinya lemas sekali,” tuturnya.

- Advertisement -

Setelah itu, Astrini membawa anaknya ke pihak medis di RSUD Buleleng. Dia mendapatkan saran dari timmedis setempat, sebaiknya Sekar dibawa ke RSUP sanglah untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang memadai, termasuk untuk operasi.

Karena tak punya biaya, Astrini dan suaminya tidak langsung memutuskan,padahal mereka mempunyai JKBM. Namun JKBM kala itu, tidak bisa menanggung semua biaya pengobatannya kala itu.

Dari situlah, Orang tua Sekar memutsukan untuk melakukan pengobatan alternatif. Astrini dan Budi Ardika terus mencari dukun terbaik untuk mengobati anaknya, namun tak kunjung bisa disembuhkan. Selama 57 bulan terakhir, kondisi Kadek Sekar dibiarkan begitu saja. Ia hanya dirawat seadanya. Kepalanya kini tak lagi membesar. Lingkar kepalanya cukup besar bagi anak seusianya, yakni 58 centimeter.

Kondisi Sekar mengundang keprihatinan dari sejumlah pihak. Beberapa hari lalu,  Ketua Komisi II DPRD Buleleng Putu Mangku Budiasa, melihat langsung kondisi Sekar. Begitupun Kepala Dinas Sosial Gede Komang juga ikut menjenguk kondisi anak bernasib malang itu.

Kepala Dinas Sosial Buleleng Gede Komang, menawarkan agar Kadek Sekar dioperasi dan Pemerintah akan memfasilitasi biaya operasi melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS). Hal ini dilkaukan karena kedua orang tua Sekar sudah tercatat dalam Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial.

“Saya mungkin minta waktu untuk berpikir. Karena ada petunjuk biar anak saya tidak dioperasi. Saya juga khawatir bagaimana nanti kondisi anak saya kalau operasi. Nanti kami rembug dengan keluarga dulu,” ujar Ayah Sekar, Ketut Budi Ardika.

Sementara itu Kepala Dinas Sosial Buleleng Gede Komang mengatakan, secara medis pihaknya memang tak bisa menjamin bahwa Kadek Sekar akan menjadi anak normal. Karena hal itu hanya bisa dijawab oleh tenaga medis yang berkompeten. Namun ia berharap agar Kadek Sekar punya kesempatan untuk hidup dalam kondisi yang lebih baik.

Pejabat yang juga penari Wayang Wong asal Desa Tejakula ini menyatakan Dinsos Buleleng akan memfasilitasi keluarga. Mulai dari biaya operasi, kebutuhan sehari-hari selama di RS Sanglah, dan kebutuhan lainnya. Sehingga keluarga tak perlu lagi pusing masalah biaya. Selain itu Dinsos Buleleng juga akan berkoordinasi dengan sejumlah komunitas sosial lain, agar keluarga ini juga bisa mendapat perhatian.

“Kalau seandainya keluarga mau, keluarga tidak pikir biaya lagi. Karena sudah kami tanggung secara keseluruhan. Pengalaman kami dengan kasus-kasus seperti ini, astungkara semua tertangani dengan baik. Memang hidrosefalus ini memberi banyak dampak. Kalau dioperasi, paling tidak kan bisa mendekati normal. Tapi kembali lagi dengan keluarga. Sepanjang keluarga ada kemauan, pasti kami fasilitasi,” tandas Gede Komang.

Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Buleleng Putu Mangku Budiasa pun turun tangan memberikan pemahaman kepada pihak keluarga. Hanya saja Mangku mengaku tidak bisa memaksa lebih jauh, karena keputusan menjalani operasi atau tidak, merupakan hak dari orang tua Kadek Sekar.

“Kalau saran kami sih sudah pasti mendorong agar mereka mengambil opsi operasi. Karena kalau bicara konteks medis, ini penyakit yang harus ditangani secara medis. Tapi kalau ada hal-hal lain, ya kami juga tidak bisa intervensi. Kami serahkan kembali kepada keluarganya. Kami harap tawaran baik dari pemerintah ini bisa dipertimbangkan,” ujar Mangku. |NP|

 

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts