Penyalinan Huruf Lontar Terkendala Penerjemah

Singaraja, koranbuleleng.com| UPTD Gedong Kertya saat ini menyimpan ribuan judul lontar. Untuk memudahkan pengunjung yang ingin mengetahui isi lontar, pihak UPTD pun berusaha menyalin naskah yang tertuang dalam lontar menjadi huruf latin. Pun demikian, upaya penerjemahan tersebut kini masih terkendala tenaga penerjemah.

Saat ini, Museum Gedong Kertya Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng tercatat menyimpan 1.757 judul lontar, yang sebagian besar diantaranya adalah lontar dari Bali dan berasal dari Kabupaten Buleleng. Lontar itu disimpan di dalam kotak-kotak kayu yang disimpan dalam ruangan khusus. Dimana isi dari lontar itu sebagian besar diantaranya untuk pemangkuan atau upacara keagamaan, pengobatan tradisional Bali, dan ada pula untuk gegemet atau jimat.

- Advertisement -

Hingga kini, pihak UPTD Gedong Kertya masih melakukan upaya untuk menterjemahkan isi lontar dengan melakukan alih aksara dari lontar ke huruf latin. Mengingat lontar lontar yang tersimpan di Gedong Kirtya, ditulis dengan huruf Jawa Kuna, Bali Kuna, dan Sansekerta.

Kepala UPTD Gedong Kertya Putu Gede Wiriasa menjelaskan, selama ini alih aksara dilakukan staf UPTD Gedong Kirtya secara otodidak. Mengingat, para pekerja yang bertugas disana tidak ada yang menyandang gelar Sarjana Bahasa Bali atau Sarjana Jawa Kuna.

“Disini memang tidak ada staf yang sarjana begitu. Ini paling karena teman-teman semangat belajar, akhirnya bisa membaca lontar. Alih aksara ini kami lakukan, agar masyarakat umum yang tidak bisa baca lontar, cukup baca huruf latinnya saja,” jelasnya.

Melalui upaya penerjemahan yang dilakukan, kini ada 7.211 lontar yang telah dialih aksarakan. Jumlah itu memang jauh lebih banyak dari koleksi lontar di Gedong Kirtya yang berjumlah 1.757 buah lontar. Karena lontar yang dialih aksarakan tidak hanya lontar yang terimpan di museum, namun juga yang disimpan secara pribadi milik masyarakat di Buleleng.

- Advertisement -

“Kami juga mengutus staf untuk melakukan alih aksara di rumah pemilik lontar. Proses alih aksara pun memakan waktu yang cukup lama. Paling tidak memakan waktu selama seminggu atau lebih. Lamanya alih aksara ini biasanya disebabkan factor kondisi lontar yang disimpan masyarakat apakah usang atau tidak,” Imbuh Gede Wiriasa.

Selain melakukan alih aksara, sejak tahun 2006 Gedong Kirtya juga melakukan alih bahasa. Lontar-lontar dalam Bahasa Bali Kuna, Jawa Kuna, dan Sansekerta, dialihkan menjadi Bahasa Indonesia. Total ada 25 lontar yang telah melalui proses alih bahasa. Sebagian besar lontar yang telah beralih bahasa, adalah lontar-lontar yang dekat dengan kehidupan masyarakat kebanyakan. Mulai dari Usadha Bali atau pengobatan tradisional, pemangkuan atau prosesi upacara keagamaan, hingga cerita rakyat. |RM|

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts