Tumpah Ruah Warga Iringi Ngusaba Bukakak

Singaraja, koranbuleleng.com|Ribuan krama Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng tumpah ruah mengiringi tradisi Ngusaba Bukakak, Rabu, 12 April 2017 .

Tradisi Bukakak yang digelar oleh masyarakat Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh adalah sebuah bentuk ucap syukur atas kemakmuran berupa hasil panen yang berlimpah untuk warga desa setempat. Digelar setiap dua tahun sekali.

- Advertisement -

Sejak pukul 05.00 wita ratusan krama Subak Sangsit Dangin Yeh dan juga krama dadia Bedulu sudah hadir di Pura Subak untuk membuat Sarad Pelinggih Gede Bukakak. Sarad ini yang akan diusung menuju lokasi tertentu. Untuk Ngusaba kali ini, Sarad ini diusung oleh krama Subak Labuhan Kauh Sangsit Dangin Yeh sebagai pasukan inti.

Klian Subak Sangsit Dangin Yeh, Ketut Sukrana mengatakan krama Subak dan krama Adat yang mengusung Bukakak wajib memakai pakaian dengan pakaian merah putih berupa baju putih dengan kampuh berwarna merah. Sedangkan untuk para pengusung Sarad Dewa Ayu diwajibkan mengenakan pakaian dengan kombinasi pakaian putih kuning.

Bukan itu saja, para pengusung Sarad Bukakak diwajibkan juga untuk memakai bunga pucuk bang (kembang sepatu merah) yang diselipkan di atas telinga.

“Pucuk Bang melambangkan kewibawaan dan ketegaran.  Krama desa juga sebelumnya menyiapkan lawar merah putih untuk sarana upacara persembahan di seluruh pura wewidangan Desa Pekraman Sangsit Dangin Yeh serta memanggang babi panggang lebeng matah.” terang Sukrana.

- Advertisement -

Sarad Bukaka ini diusung warga adat hingga ke Pura Sakti, Desa Sawan.  Prosesinya pun sangat seru. Ribuan warga setelah usai melakukan persembahyangan di Pura Pancoran Mas dan nunas petirtaan di Pura Gunung Sekar, mereka langsung berhamburan dan berlarian menjemput Sarad Bukakak yang saat itu masih berada di Pura Subak.

Setelah itu barulah dibawa menuju Pura Sakti, Desa Sawan. Butuh waktu dua jam untuk smapai di Pura sakti.

Disitu, Sarad Bukakak langsung disambut oleh para penghulu Desa Pakraman setempat bersama segenap lapisan masyarakat Desa Sawan. Ragam tari-tarian serta dua baleganjur disuguhkan menyambut kehadiran Sarad Bukakak pada sore hari tersebut.

Ditemui terpisah, Kepala Desa Sawan Nyoman Wira yang saat itu juga didampingi Klian Desa Pakraman Sawan Cening Murdita mengungkapkan bahwa pihak Desa Pakraman memang sengaja melakukan persiapan penyambutan tersebut atas dasar oleman yang telah disampaikan pihak Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh pada hari Senin, 10 April lalu.

Menurutnya, Sarad Bukakak sudah dua kali melancaran ke Desa Pakraman Sawan dengan tempat tujuan yang sama, dan itu terjadi sudah puluhan tahun silam.

“Sarad Bukakak seingat saya, melancaran 20 tahun silam. Tujuannya sama yakni, di Pura Sakti. Bagi kami, ini merupakan sebuah kehormatan kepada Ida Sesuhunan karena memang sejak dulu desa kami telah memiliki ikatan sekala niskala dengan Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh,” tutup Wira.

Diperkirakan Tradisi Bukakak Ada Sejak Raja Sri Aji Jaya Pangus

Keunikan Tradisi Bukakak yang ada di Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh diperkirakan sudah ada sejak dinasti kerajaan Daha Panjalu. Saat itu yang berkuasa Raja Sri Aji Jaya Pangus (1181 M-1193 M).

Sejumlah catatan yang diyakini krama Desa Pekraman Giri Emas, Kala itu, raja Jaya Pangus adalah penganut sekta Wisnu dan kekuasaannya didukung oleh mayoritas wangsa Siwa Shambu. Warga Siwa Shambu ini diyakini warga Desa Pekraman Giri Emas sekarangini.

Lalu, raja Jaya Pangus mengadakan penyebaran ajaran memakai konsep Dwi Tunggal menyatukan kemanunggalan sekte Wisnu dan Sekta Siwa dengan simbol pemujaan Nandi Garuda.

Nah, pemujaan Nandi Garuda dalam bahasa Bali Kuno disebut Lembu Gagak atau Bukakak. Wisnu kemudian disimbolkan sebagai seekor burung Garuda yang di buat dari daun enau muda (ambu). Sedangkan untuk sarana yang akan naik di atas Garuda adalah seekor Babi hitam mulus.

Babi itu pun diproses sedemikian rupa menjadi dua warna yakni, hitam (warna bulu asli) melambangkan Dewa Wisnu, separuh lagi warna putih (bulu di bersihkan) melambangkan Dewa Ciwa. Babi itu sendiri adalah simbul Dewa Sambu. Namun sebelum diletakkan di pelinggih utama, Babi itu pun harus menjalan proses pemanggangan dengan struktur lebeng matah.

Jadi, Tradisi Bukakak menurut kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat Desa Pakraman Sangsit Dangin Yeh atau Desa Giri Emas merupakan kesejahteraan dan kemakmuran yang disimbolkan dalam bentuk upacara pemujaan terhadap kemanunggalan Dewa Wisnu, Dewa Siwa dan Dewa Sambu. |NH|

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts