Seni Burdah Pegayaman Beri Warna Beda PKB Bali

Singaraja, koranbuleleng.com | Kesenian Burdah, dari kelompok kesenian Burdah Burak Dusun Kubu, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada akan member warna berbeda di panggung Pesta Kesenian Bali (PKB)  Bali ke-40. Seni Burdah dari Desa Pegayaman akan tampil sebagai duta Kabupaten Buleleng pada 26 Juni 2018 di kalangan Angsoka, Taman Budaya, Denpasar.

Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng dan Listibiya (Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan) Kabupaten Buleleng sudah melakukan pembinaan terhadap kelompok kesenian Burdah Burak Pegayaman.

- Advertisement -

Burdah merupakan warisan kesenian di Desa Pegayaman yang sarat akan percampuran budaya islam Pegayaman dan Bali yang terjadi di Buleleng. Burdah adalah kesenian qasidahan yang melantunkan ayat-ayat suci diiringi dengan alat musik berbentuk rebana besar.

Sebagai warisan leluhur, kesenian Burdah ini sangat kental dengan budaya Bali, padahal isi dari kesenian ini adalah lantunan syair berbahasa arab, sholawat yang tertuang  dalam kitab albarsanji.

Dalam penampilan, syair yang dibaca dalam bahasa arab ini mirip dengan kidung yang dibawakan oleh warga Bali ketika ada upacara adat dan keagamaan. Ada dua orang yang saling bersahutan menjawab syair-syair yang disampaikan.

Lalu dari sisi pakaian, pemain Burdah menggunakan udeng dan kain lelancingan seperti warga Bali menggunakan pakaian adat Bali dalam upacara adat. Pakaian ini tidak hanya digunakan karena tampil di PKB, namun sudah menjadi warisan turun-temurun sejak lama.

- Advertisement -

Burdah dengan menggunakan rebana besar dan cukup berat ini , hanya ada di Desa Pegayaman. Daerah lain di Bali tidak ada, namun di beberapa daerah di nusantara ada dengan nama lain kesenian rebana dengan alat musik yang lebih kecil.

Dari sisi pakaian, pemain Burdah menggunakan destar atau udeng, kamen lelancingan menutupi celana panjang , serta pakaian kemeja putih.

“Kami kalangan muslim tidak menutup diri akan pengaruh budaya. Budaya beda dengan agama. Dimana dikembangkan budaya islam, ditempat itu mengikuti sistem yang ada, tidak fanatik.” ujar Muhamad Suharo, Ketua Kelompok Kesneian Burdah Burak, Desa Pegayaman.

Suharto menyatakan generasi muda saat ini cukup bangga dengan warisan seni Burdah dari leluhur hingga lestari sampai kini.

Dalam penampilan Burdah ini, ada juga seni pencak silat khas Desa Pegayaman, yang dinamakan Pencak Silat Bletbet.  Pencak Silat ini jug asalah satu seni budaya yang lahir dari konsep akulturasi budaya.

“Kami akan membawa warna menyama braya dalam penampilan di PKB ke-40 mendatang,” ujarnya.

Saat ini, Kelompok seni Burdah Burak sedang dibina oleh Dinas Kebudayaan Buleleng dan Listibiya Kabupaten Buleleng.

Suharto mengakui bahwa pembinaan itu juga tidak merubah pakem Burdah yang diwarsikan selama ini.  Untuk unsur pertunjukan, tim Pembina melakukan olahan-olahan seni disisi atraksi.

Salah satu Pembina dari Listibiya Buleleng, Anak Agung Gede Ngurah mengungkapkan ada beberapa saran dan masukan yang diberikan kepada kelompok seni Burdah Burak Pegayaman.

Agung menjelaskan keberadaan sebuah kesenian, tidak bisa dilepaskan dari tiga unsur yakni penggalian, pelestarian dan pengembangan. Burdah, kaa Agung sudah bisa lestari namun butuh pengembangan sebagai sebuah seni pertunjukkan.

“Maka itu, kami hanya memberi masukan agar ada atraksi dalam penampilan di PKBke-40 nanti supaya lebih indah, lebih berwarna sebagai seni pertunjukkan. Selama ini, Burdah ditampilkan pada sisi sakral saat hari raya Maulidan sehingga hanya ada lantunan syair semata,”  terangnya.

Sejauh ini, kelompok seni Burdah Burak Pegayaman mengikuti apa yang menjadi masukan tim Pembina tanpa merubah pakem yang ada. |NP|

 

 

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts