Jelang Tenggat, Proyek Jembatan Batupulu Baru 26 Persen

Singaraja, koranbuleleng.com | Proyek pembangunan jembatan Tukad Batupulu yang menghubungkan Desa Pemaron dan Desa Tukad Mungga, lambat dikerjakan.

Pihak kontraktor mengakui, semestinya progress pengerjaan proyek jembatan ini sudah harus mencapai 76 persen, namun ternyata sampai hari ini ketika ditinjau Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana serangkaian kunjungan kerjanya, progress pembangunan baru mencapai 26 persen. Ada dua kendala yang diakui oleh pihak kontraktor, yakni permasalahan teknis dan permasalahan keuangan.

- Advertisement -

Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana menyatakan ketika deadline penyelesaian tidak terkejar hingga 25 Desember 2018, maka segala aturan tetap berlaku termasuk pemberian sanksi bagi kontraktor.

“Mekanisme tetap berjalan, saya tidak bisa membuat mekanisme sendiri, ya aturanlah yang tetap berlaku,” ujar Bupati Agus, saat meninjau  ke lokasi proyek serangkaian kunjungan kerja, Kamis 22 November 2018.

Mekanisme yang dimaksudkan oleh Bupati adalah sanksi bagi kontraktror yang terlambat mengejar tenggat waktu penyelesaian. Dari sisi aturan, keterlambatan penyelesaian itu bisa dikenai denda finalti dengan nilai sesuai dengan aturan dalam kontrak kerja.

Saat peninjauan, Bupati mengaku sempat berkomunikasi dengan pihak kontraktor hingga diketahui kendala yang dihadapi oleh pihak kontraktor. Bupati mengatakan keterlambatan proyek ini akibat permasalahan keuangan yang dihadapi pihak kontraktor sehingga berdampak pada penyelesaian proyek jembatan menjadi terlambat.

- Advertisement -

Bupati berharap, agar pihak kontraktror lokal bisa meningkatkan kapabilitas atau kemampuan serta daya dukung permodalannya. Sejak awal, kata Agus, dirinya sudah sering menyatakan statmen agar kontraktor di Buleleng bisa meningkatkan kapabilitas dan permodalan itu karena akan bersaing dengan kontraktor-kontraktor yang lebih besar dari luar Buleleng.

“Makanya jangan salahkan saya jika kontraktor kita di Buleleng kalah tender, karena kontraktor luar itu terus meningkatkan kapabilitas dan permodalannya,” tambahnya.

Dalam proyek ini, pihak kontraktor juga disarankan lebih intens berkomunikasi dengan pemerintah, terkait dengan permasalahan yang terjadi di lapangan. Dari komunikasi-komunikasi itu akan dicarikan solusi.

“Saya selaku kepala daerah tidak harus marah-marah saja, harus cari jalan keluar. Apa saya harus mencari jalan keluar dengan BPD, apa saya harus menggaransi atau yang lain. Kita terbuka saja,” tambahnya.

Proyek jembatan Batupulu ini dikerjakan oleh salah satu kontraktor lokal Buleleng. Jembatan yang lama dipandang sudah tidak kuat menahan beban. Umur jembatan juga ditengarai sudah sangat tua, dibangun sekitar era tahun 1960-an.

Dari kondisi jembatan itu, Pemerintah Kabupaten Buleleng memprogramkan pembangunan jembatan.  Jembatan ini termasuk salah satu jalan strategis karena menghubungkan beberapa desa, Pemaron, Tukad Mungga, Panji Anom dan desa-desa lain. Jembatan ini juga terletak di jalur alternatif dari jalan utama Singaraja – Lovina.

Proyek jembatan Batupulu ini dikerjakan oleh CV Arya Dewata. Rentang waktu pengerjaan dari 30 Juli 2018 – 26 Desember 2018. Direktur utama CV Arya Dewata, Mahendra Wisnu mengatakan kendala teknis lebih banyak menjadi pemicu keterlambatan pembangunan jembatan ini.

Diantaranya, pihaknya tidak mengetahui ternyata setelah penggalian tanah untuk pemasangan pondasi, justru karakter tanah dibawahnya sangat labil dan berlumpur, serta ada aliran air bawah tanah.  Merbagai metode dilakukan agar pemasangan pondasi, abutmen bisa dilakukan dengan baik. Pondasi jembatan ini menggunakan pondasi sumuran.

“Kami sudah mengupayakan ketertinggalan, semua sudah kami upayakan. Semoga tidak sampai telatlah. Kendala teknisnya sangat berpengaruh dalam pengerjaan ini,” ujar Wisnu.

Wisnu menyatakan pihaknya tidak bisa memprediksi kondisi bawah tanah sebelum pengerjaan dimula.  Untuk mengurangi permasalahan di dalam tanah itu, pihak kontraktor menambah jumlah pompa yang digunakan untuk membuang air dan menyeimbangkan kondisi lumpur serta menggunakan ragam metoda penggalian.

Sementara itu, Ketut Yasa, salah satu pemilik perusahaan ini membenarkan perusahaanya sedang mengalami permasalahan keuangan dalam pengerjaan proyek jembatan Batupulu ini. Permasalahan itu terjadi karena pihak bank tidak mau membiayai proyek tersebut.

“Padahal yang bermasalah di bank itu kan saya, bukan direkturnya. tetapi ini sudah kita kejar tanpa ada fasilitas dari bank. Mudah-mudahan bisa diselesaikan tepat waktu,” kata Yasa.

Yasa berharap ada perpanjangan waktu pengerjaan hingga 50 hari dari tenggat waktu pertama. walaupun resikonya, pembayaran dari pemerintah harus diterima pada tahun anggaran perubahan di tahun 2019. |NP|

 

 

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts