Tradisi Negakang dan Cakcakan Masih Lestari di Sambirenteng

Singaraja, koranbuleleng.com | Masyarakat Desa Adat Sambirenteng masih mempertahankan tradisi Negakang atau Megibung, untuk mempererat hubungan antara warga satu desa.

Uniknya, dalam proses negakang ini, masyarakat setempat harus membawa nasi sendiri dari rumah masing-masing dengan lauk atau daging ayam dari hasil pecaruan cak-cakan dengan menggelar tradisi sabung ayam yang digelar oleh masyarakat desa adat Sambirenteng.

- Advertisement -

Tradisi negakangini digelar dijalan desa. Pada saat ini, seluruh warga desa keluar dari rumah dan tumpah ruah di jalan desa mengambil tempat duduk masing-masing.

Saat proses berlangsung, semua harus berbarengan. Jika ada yang selesai lebih awal, maka tidak diperkenankan untuk lebih dulu meninggalkan lokasi negakang. Semua itu dilakukan untuk saling hormat menghormati sesame masyarakat desa.

Wakil Bupati Buleleng, Nyoman Sutjidra hadir saat prosesi negakang yang digelar oleh warga Desa Adat Sambirenteng, Minggu 6 Januari 2019. Kehadiran Sutjidra ini sebagai bentuk kepedulian pemerintah untk ikut melestarikan tradisi dan warisan leluhur.

Baca juga link berikut : http://www.koranbuleleng.com/2016/01/21/tradisi-cacakan-ritual-caru-di-bulan-tergelap/

- Advertisement -

Kelian desa Pakraman Sambirenteng Jro Nengah Mas mengatakan, tradisi negakang ini sudah dilaksanakan oleh warga secara turun-temurun.

Sesuai dengan keyakinan masyarakat adat, bahwa dulunya saat akan memasuki tilem kapitu ada hal-hal aneh yang terjadi di Desa Sambirenteng sehingga para tetua di masa lalu melaksanakan semedi. Dari semedi itu, par atetua mendapatkan pawisik (petunjuk) bahwa harus diadakan pecaruan cak-cakan (sebagai simbul manusia dengan manusia ).

Dari pawisik tersebut Kemudian diadakanlah upacara megibung yang jatuh pada tilem kapitu setiap tahunnya.

“Diawali dengan upacara pejati di pura sanggah desa, adu ayam, lalu ayam yang kalah di persembahkan untuk pegibungan masyarakat,” Jelas Nengah Mas.

Nengah Mas juga mengatakan, tujuan dari tradisi ini tiadalain untuk mengumpulkan masyarakat agar dapat menjalin hubungan yang baik antara satu dengan yang lainnya, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.  

“Dalam aturannya, satu pegibungan ini terdiri dari delapan orang karena diambil dari pemahaman Asta Dala dalam ajaran Agama Hindu, “ pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG,yang hadir dalam ritual ini mengajak seluruh masyarakat Buleleng untuk terus mempertahankan warisan budaya leluhur, termasuk melestarikan upacara negakang ini di Desa Sambirenteng Kecamatan Tejakula.

Sutjidra mengatakan leluhurdari warga Desa Sambirenteng menurunkan tradisi negakang ini bertujuan untuk mempersatukan masyarakat agar dapat menjalin hubungan yang baik antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

“Banyak keunikan yang diperlihatkan di acara megibung ini, salah satunya adalah seluruh masyarakat yang hadir bisa duduk bersama di areal Jaba Pura, dan menikmati hidangan bersama-sama dengan suasana yang  harmonis,“ ungkapnya.

Selain mampu mempersatukan dan mengeratkan tali persaudaraan tradisi megibung ini berbeda dengan tradisi megibung yang ada di Bali pada umumnya.

“Uniknya, setiap warga membawa nasi dari rumah dan dihidangkan bersama-sama, dan juga ayam yang dimakan adalah hasil dari tradisi cak-cakan atau adu ayam yang dilakukan oleh warga desa Sambirenteng “ tambahnya.

Untuk diketahui, dalam kesempatan ini, tampak hadir dan berbaur bersama masyarakat Desa Pakraman Sambirenteng Ketua DPRD Kabupaten Buleleng Gede Supriatna, SH, Direktur Utama PDAM Kabupaten Buleleng I Made Lestariana, SE, Kabag Humas dan Protokol Setda Kabupaten Buleleng Ketut Suwarmawan, S.Stp., MM  dan Camat Tejakula Drs. Nyoman Widiartha. |NP|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts