Sarad Siwa Sapujagat Harus Terdepan Saat Melasti

Singaraja, koranbuleleng.com| Sebanyak 84 Sarad dari 14 Banjar Adat di wilayah Desa Adat Pakramam Buleleng teriring dalam tradisi Melasti pada Minggu, 3 Maret 2019.

Diantara puluhan sarad itu, dibarisan paling terdepan adalah Sarad dari Pura Siwa Sapujagat, Banjar adat Pakraman Banjar Paketan. Itu harus selalu dilakukan setiap kali Desa Pakraman Buleleng menggelar tradisi Melasti.

- Advertisement -

Kelian Pemaksan Pura Siwa Sapujagat Putu Mahendra menuturkan, Pura Siwa Sapujagat ini berada dibarisan terdepan berfungsi untuk menetralisir jalur yang akan dilalui puluhan sarad, baik itu saat menuju Pura Segara, ataupun setelah kembali untuk menuju ke Pura atau dadia masing-masing.

“Jika dalam keseharian, Ida Bhatara Sapujagat ini diibaratkan pengawal, untuk membersihkan areal yang akan dilalui dari saat melasti aura-aura negatif. Sehingga pelaksanaan melasti berjalan dengan lancar,” Jelasnya.

Mahendra menuturkan, hal ini memang sudah berlangsung sejak lama dan harus dijalankan. Ia pernah menyebut jika belasan tahun lalu, setelah selesai ritual di Pura Segara, hal ini dilanggar. Beberapa Sarad saat akan kembali ke masing-masing merajan justru mendahului Pura Siwa Sapujagat. Disaat itu pula, ada saja sesuatu yang terjadi.

“Saat itu langsung saja Jro Mangku Gede kami kerauhan Ida Bhatara Sapujagat dan marah. Berlari kemudian mendekati sarad yang mendahului meminta mereka untuk minggir, agar Ida Bhatara Sapujagat yang berada di barisan terdepan,” tuturnya.

- Advertisement -

Keunikan lain Pura Siwa Sapujagat ini adalah ketika krama pemaksan sedang mengalami halangan atau cuntaka karena ada kematian, Sarad dari Pura Siwa Sapujagat ini harus tetap ikut serta dalam kegiatan melasti. Hanya saja, yang mengogong atau menggotong sarad adalah Krama Tri Datu dari Desa Adat Pakraman Buleleng.

Disisi lain, untuk kegiatan melasti Desa Adat Pakraman Buleleng tahun 2019 ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, melasti selalu di gelar setiap Purnama Kadasa, untuk kali ini, melasti digelar sebelum Hari Suci Nyepi tepatnya Minggu, 3 Maret 2019.

Kelian Desa Pakraman Buleleng Nyoman Sutrisna menjelaskan, hal ini tidak terlepas dari pelaksanaan Panca Walikrama di Pura Besakih. Dalam awig-awig Desa Pakraman Adat Buleleng Pasal 80 ayat 1 beserta penjelasannya menyatakan, bahwa jika melasti bersamaan dengan rangkaian pelaksanaan Panca Walikrama di Pura Besakih maka pelaksanaan melasti yang biasanya diselenggarakan pada Purnama Kedasa dimajukan pada sasih kesanga

Mengacu pada lontar Sundarigama dan lontar Aji Swamandala bahwa melasti merupakan pembersihan alam melalui prosesi Anganyutaking malaning bumi, ngamet tirta amerta atau menghanyutkan kekotoran alam menggunakan air kehidupan.

Menurut Sutrisna, tujuan Melasti ini adalah Ngiring Prawatek Dewata atau mengingatkan umat untuk meningkatkan bakti kepada Ida sanghyang Widhi Wasa, anganyutaken laraning jagat atau membangun kepedulian untuk mengentaskan penderitaan masyarakat, anganyutaken papa klesa atau menguatkan diri dengan membersihkan diri dari kekotoran rohani serta anganyut aken letuhan bhuwana atau bersama-sama menjaga kelestarian alam.

“Kita melasti sekarang adalah untuk membersihkan Bhuwana Alit maupun Bhuwana Agung yang ada di masing-masing desa pakramannya,” ujar Nyoman Sutrisna.

Setibanya di Pura Segara, selanjutnya dilaksanakan angemet tirta amerta yakni mengambil air suci dari tengah laut yang dilakukan oleh krama Tridatu Desa Pakraman Buleleng. Setelah nunas tirta ribuan umat kembali ke tempat masing-masing masih dengan berjalan kaki. |RM|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts