Lepas Dari Kemiskinan, Suarning Berhenti dari Kepesertaan PKH

Singaraja, koranbuleleng.com| Kegigihan keluarga Ni Ketut Suarning dan I Nyoman Arcana lepas dari jerat kemiskinan pantas diteladani.  Awalnya,  meraka adalah penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) sejak tahun 2010, namun kini mereka sudah alami graduasi atau dihentikan dari kepesertaan PKH karena dianggap telah mandiri dari sisi ekonomi.  

Keluarga asal Desa Tukadmungga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Bali dulunya hanya bekerja sebagai buruh, Ni Ketut Suarning juga pernah berjualan canangsari.

- Advertisement -

Selain miskin, keluarga ini dulunya memiliki anak yang masih sekolah sehingga wajib dimasukkan dalam kepesertaan PKH.

Kini mereka menekuni pekerjaan dalam bidang jasa pembuatan banten atau sesaji (sesajen) sarana upacara keagamaan (Hindu).

Dalam kehidupaan sehari-hari, masyarakat Bali sangat lekat dengan bebantenan. Banten atau sesaji (sesajen) dikatakan sebagai sarana dalam mewujudkan sembah bakti kepada Tuhan.  Upakara atau banten tersebut dibuat dari berbagai jenis materi atau bahan-bahan dari dedaunan, buah, air, kemudian ditata dan diatur sedemikian rupa sehingga berwujud persembahan yang indah dilihat, mempunyai fungsi simbolis dan makna filosofis keagamaan yang mendalam.  

Saat ini, banyak masyarakat Bali juga menggunakan jasa ahli banten untuk mempersiapkan semua kebutuhan prosesi upacara keagamaan secara Hindu.

- Advertisement -

Potensi ini dilirik oleh Suarning untuk melayani masyarakat Bali yang memerlukan jasa pembuatan banten dan pengadaan sarana prasarana proses upacara itu. Ternyata, niat itu bersambut baik. Kini, usahanya itubebruah manis sehingga tingkat perekonomiannya juga membaik.

“Dulu rumah saya tidak seperti sekarang, masih plesteran kasar, alas keramik hanya teras depan” terang Nyoman Arcana suami Ketut Suarning.

Ketut Suarning menuturkan setelah mengambil dana bantuan PKH, digunakan untuk membeli janur., bunga pacar galuh dan bunga lain dalam jumlah banyak. Sisanya dana bantuan PKH dimanfaatkan untuk menambah perlengkapan sekolah anak.

“Waktu itu saya melihat peluang, belum ada yang berjualan disini, jadi saya nekat mumpung dapat bantuan” kenang Suarning.

Seiring waktu, usaha yang dirintisnya pun membuahkan hasil manis, saat itu wanita kelahiran Desa Kaliasem ini mampu meraup keuntungan Rp.200.000- RP.1.000.000/bulan selain penghasilannya sebagai buruh harian.

Dana itu selain digunakan untuk menanggung anak kedua yang bersekolah, juga membiayai anak pertamanya yang sedang melanjutkan pendidikan sarjana di Institut Hindu Dharma Indonesia (IHDN).

Suarning mengaku mulai belajar membuat banten di sebuah Griya (rumah pemuka agama) di dekat rumahnya dan perlahan meninggalkan usahanya tersebut pada tahun 2010.

Berbekal niat dan tekad ia berhenti berjualan canang dan memutuskan untuk usah abanten yang lebih besar. Saat itu ia melakukan pinjaman di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) sebuah lembaga keuangan desa di Bali.

Kini usaha banten yang dirintisnya melayani skala besar dengan pesanan yang banyak mengingat banyaknya upacara keagamaan di Bali. Ia kerap melayani pesanan hingga luar daerah, seperti Jimbaran, Kuta, Legian, Nusa Dua bahkan paling jauh sampai Lombok, NTB.

Omset yang didapatkapun tak tanggung-tanggung setiap pesanan mampu meraup Rp.8.000.000-Rp.9.000.000. Selain untuk modal kembali, pendapatan tersebut juga digunakan untuk mengupah tetangga yang sudah membantunya.

Keluarganya juga mempunyai warung yang menjual kebutuhan sehari-hari. Dari pengakuannya penghasilan yang diperoleh bisa mencapai Rp. 200.000 hingga Rp.400.000/hari

Saat ini dengan total penghasilan yang diperoleh keluarganya, ia mengajukan diri ke Pendamping Sosial Luh Ekarini, S.Pd agar dihentikan dari kepesertaan PKH. Bahkan, ia meminta aparat desa untuk mengalihkan bantuan RASTRA yang didapatnya kepada warga yang lebih membutuhkan

“Terus terang mencari keikhlasan orang yang tidak sepantasnya mendapatkan bantuan yang susah.apalagi menyangkut uang. Saya sangat tidak tega yang harusnya dapat tidak mendapatkan, dulu saya pernah hidup susah, saya tau rasanya, makanya saya memutuskan untuk  mundur dari PKH karena ekonomi saya sudah auh meningkat” sebut suami Ni Ketut Suarning, Nyoman Arcana.

Penulis : Dewa Putu Pratama Nugraha

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts