Dauh Enjung dan Dangin Enjung Mebarung di Bulfest

Singaraja, koranbuleleng.com| Gong Kebyar Gaya Buleleng Dauh Enjung dan Gong Kebyar Dangin Enjung akan ditampilkan dalam pelaksanaan Buleleng festival (Bulfest) tahun 2019.

Nanti, penampilannya akan disajikan oleh sanggar yang dipilih oleh Dinas Kebudayaan Buleleng dalam tampilan mebarung.

- Advertisement -

Buleleng merupakan cikal bakal lahirnya Gong Kebyar sebagai salah satu seni karawitan di Bali.

Salah satu yang paling diingat oleh pecinta gong kebyar adalah Gong Kebyar Dauh Enjung dan Gong Kebyar Dangin Enjung.

Keduanya mempunyai daerah pengembangan dan seniman masing-masing. Bahkan di daerah tersebut sejumlah seniman terlahir bukan hanya seniman karawitan, namun juga seniman tari.

Di Dangin Enjung misalnya, ada nama Gde Manik, Pan Wandres, dan Made Kranca sebagai seniman tabuh sekaligus tari. Kemudian ada nama Luh Menek sebagai seniman tari, dan juga Gede Adnya atau yang lebih dikenal sebagai Guru Rsi sebagai seniman Tabuh.

- Advertisement -

Sementara di Dauh Enjung ada nama Ketut Merdana sebagai seniman Tabuh dan Tari, kemudian ada nama Putu Sumiasa.

Anak Agung Gede Ngurah Agung Pemayun sebagai salah seorang Seniman Buleleng menyebut jika rivalitas Buleleng Dangin Enjung dan Dauh Enjung memang sudah terjadi sejak dahulu. Rivalitas itu bersifat positif dengan menciptakan sejumlah garapan tabuh dan garapan tari.

Menurutnya, tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok diantara hasil karya seni yang diciptakan kedua daerah itu, bahkan nyaris memiliki kemiripan. Salah satu yang dicontohkan adalah Tarian Teruna Jaya yang diciptakan di bagian Buleleng Dangin Enjung dengan Tari Wiranjaya yang diciptakan Buleleng Dauh Enjung.

“Pakemnya memang sama, karena diawali dengan kekebyaran baik Tari Teruna Jaya ataupun Tari Wiran Jaya. Hanya saja kalau dangin enjung itu jauh lebih cepat tabuhnya,” jelasnya.

Hal senada disampaikan Made Pasca Wirsutha. Seniman Muda Buleleng yang mencintai kesenian tua ini menyebut jika perbedaan tabuh dan tari antara gaya Buleleng Dangin Enjung dan Dauh Enjung hanya terletak pada karakter dari tabuh dan gerakan tari yang diciptakan.

“Artinya kalau dari dangin enjung itu karakternya baik tarian atau tabuh itu cenderung keras dan cepat, kalau dangin enjung itu karakternya agak lembut dan kiblatnya seperti kesenian Jawa. Karena memang Almarhum Ketut Merdana sering di Jawa, makanya judul tari dan gerong tarinya itu bernuansa Indonesia mulai dari Tari Nelayan, Tari Merpati, atau tabuh Gambang Suling, dan juga tabuh Supir Becak,” ujar Pria berkepala plontos ini.

Sementara, kejayaan kesenian karawitan dan tari dari Buleleng Dangin Enjung dan Dauh Enjung akan dihadirkan kembali dalam pelaksanaan Buleleng Festival (Bulfest) tahun 2019. Nantinya, penyajiannya akan ditampilkan dalam bentuk pagelaran Gong Kebyar Mebarung dengan melibatkan enam Sanggar Seni atau Sekaa Sebunan.

Kepala Bidang Kesenian Disbud Buleleng Wayan Sujana ditemui di ruang kerjanya menjelaskan, sekaa atau sanggar yang nantinya tampil harus membawakan tiga materi yakni tarian khas dauh enjung, tarian khas dangin enjung, dan juga karya cipta baru yang diciptakan seniman Buleleng.

“Misi pelestarian kita adalah mereka membawakan tarian khas dauh enjung dan dangin enjung. Namun kita tidak ingin membatasi kreatifitas seniman, makanya mereka bisa menampilkan karya cipta baru, namun harus karya cipta seniman Buleleng,” jelasnya.

Menurut Sujana, upaya pelestarian itu juga menyesuaikan dengan misi pelestarian seni khas Buleleng dalam Buleleng festival (Bulfest) 2019.

“Yang pasti nanti setiap pementasan dalam Bulfest, akan dipamerkan apa yang dimiliki oleh Buleleng. Jadi inilah Buleleng. Tidak lagi bebas menampilkan kesenian yang bukan karya cipta orang Buleleng,” tegasnya. |RM|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts