Pegayaman, Lokasi Paling Potensial Pembangunan Menara Televisi Bersama

Singaraja, koranbuleleng.com | Kajian tentang lokasi menara televisi teresterial bersama di Kabupaten Buleleng sudah ada. Tim pengkaji dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana, merekomendasikan tiga lokasi yang pantas sebagai lokasi pendirian menara tersebut.

Tiga lokasi yang direkomendasikan, di  Desa Pegayaman, Desa Wanagiri Kecamatan Sukasada dan Banjar Dinas Asah Gobleg, desa Gobleg, Kecamatan Banjar.  Dari ketiga wilayah itu yang paling potensial adalah  di Desa Pegayaman.

- Advertisement -

Hasil kajian itu diungkap ke publik dalam fokus discussion group (FGD) yang digelar Pmekab Buleleng melibatkan sejumlah penyelenggaa siaran, camat se-Buleleng, serta stakeholder lain di Lovina, Kamis 12 Desember 2019.

Ketua tim pelaksana kajian, Dr. IR Made Oka Widyantara menerangkan rekomendasi lokasi pemancar telah mempertimbangan semua kondisi. Kondisi di Pegayaman, kecamatan Sukasada dengan koordinat laltitude -8.23654, Longitude  115.157253. Lokasi ini mempunyai ketinggian dari permukaan laut 1.521 m. Ini adalah lokasi yang paling tinggi dibandingkan dengan lokasi yang lain. Dari sisi cakupan wilayah layanan sudah mencapai bagian selatan yaitu sebagian kabupaten Gianyar. Hal ini menjadi penting bila siaran televisi analog seperti saat ini akan bermigrasi ke siaran digital. Selain itu, kontur permukaan bumi ke arah selatan dalam kondisi LOS. Dengan lokasi yang paling tinggi tidak mempengaruhi dalam radius pancaran gelombang eletromagnetik.

Lalu, Lokasi di Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada dengan koordinat Latitude  -8.237083 Longitude  115.139534  mempunyai ketinggian lokasi dari permukaan laut 1.356 m, merupakan lokasi yang lebih tinggi dari lokasi pemancar Asah Gobleg. Cakupan wilayah masih di sekitar Buleleng dengan luas 280 km2.  Sementara, kontur permukaan bumi ke arah selatan dalam kondisi NLOS. Lokasi pemancar mempengaruhi daerah Pegayaman dalam radius pancaran gelombang eletromagnetik.

Dan lokasi ketiga, yakni di Asah Gobleg Asa Gobleg mempunyai ketinggian lokasi dari permukaan laut 1.236 m, merupakan lokasi yang paling rendah dari dua lokasi pemancar yang lain.  Dari hasil simulasi dengan radio mobile ,cakupan wilayah masih di sekitar buleleng dengan luas 653  km2. Kontur permukaan bumi ke arah selatan dalam kondisi NLOS. Serta lokasi pemancar mempengaruhi daerah Wanagiri dalam radius pancaran gelombang eletromagnetik.

- Advertisement -

Oka melanjutkan, selama ini kondisi saat jangkauan siaran televisi di Buleleng mengalami sejumlah permasalahan sehingga perlu dibangun sebuah menara bersama. Menara bersama ini juga idaman dari masyarakat di Buleleng agar bisa menonton siara secara free on air atau terbebas dari biaya.

Permasalahan yang ada di Buleleng, topografi yang berbukit, tidak seluruh area line of sight (LOS). Di sisi lain, Permen Kominfo 31 ahun 2014 tidak mewajibkan LPS 100 persen di seluruh area. Serta staisun pemancar televisi harus berada dalam area test point. 

Merujuk Pada Pasal 2 Permen Kominfo No. 3/2014, definisi Test Point Sebagai Batas Terluar Suatu Wilayah Layanan dan  Kuat Medan (Fieldstrength) Penerimaan Televisi Siaran UHF pada Lokasi Titik Pengujian/Pengukuran setiap wilayah layanan.  

“Kalau untuk mengcover Buleleng, sebenarnya semua sudah bisa. Tapi kalau merealisaskan siaran analog bermigrasi ke digital itu harus memikirkan aspek investasi, pangsa pasar dan luas wilayah yang mampu cover ke selatan. Opsi kami merekomendasikan Pegayaman, lokasiny paling tinggi.” kata Oka.

Harapannya, kata Oka, Jika lokasi dibangun di Pegayaman maka tidak ada keraguan dari pihak penyelenggara siaran televisi tidak mau bersiaran dari stasiun bersama di Pegayaman.  

Sementara itu, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali, Made Sunarsa menyambut baik upaya dari berbagai pihak untuk memberikan “hak” masyarakat menonton siaran televisi yang free on air.

“Faktanya saat ini bahwa Buleleng tidak bisa menikmati siaran. Masyarakat harus membayar untuk menikmati siaran dengan membeli antena atau siaran-siaran berbayar,” kata Sunarsa.

Sunarsa mengajak semua pihak agar rencana pembangunan menara bersama untuk mengcover area siaran di Bali utara harus terlaksana. “Semangat bersama inilah yang harus dijaga agar menara bersama ini benar-benar bisa terwujud untuk memenuhi hak publik atas siaran free on air,” katanya.

Sementara itu, Kadis Infokomsandi Provinsi Bali, Nyoman Sujaya menyatakan rencana pembangunan menara bersama ini akan dilakukan pada tahun 2020. Untuk Pembangunan fisik dan pembebasan lahan, dianggarkan senilai Rp10,2 miliar pada tahun 2020 dengan sumber dana Bantuan Keuangan Khusus  Pemprov Bali untuk Kabupaten Buleleng.

“Jadi pembangunan fisik nanti Kabupaten Buleleng yang akan menindaklanjutinya,” ujar Sujaya. |NP|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts