Shortcut Dibuka Sementara Urai Kemacetan Sebelum Uji Fungsi Jalan

Singaraja, koranbuleleng.com| Shortcut di titik 5 dan 6 serta jalur lain akan dibuka sementara untuk mengurai kemacetan di wilayah Bedugul dan sekitarnya dalam liburan tahun baru 2020. Gubernur Bali, Wayan Koster secara langsung telah memint aijin untuk membuka jalan sementara waktu sampai musim liburan tahun baru selesai.  Setelah itu, shortcut titik 5 dan 6 akan ditutup dan menjalani uji kelayakan fungsi jalan yang diperkirakan dilkaukan mulai Januari 2020.

Sebelum pembukaan jalan dan uji kelayakan fungsi jalan, Pemerintah melkaukan upacara pemlaspasan dan pecaruan manca kelud yang dipusatkan ditiga titik yakni  jembatan sepanjang 210 meter, dibawahjembatans erta jalan.

- Advertisement -

Upacara pemlaspasan dan pecaruan manca kelud ini sebagai bagian dari peresmian jalan shortcut titik 5 dan 6 yang dilakukan langsung oleh Gubernur Bali, Wayan Koster, Senin 30 Desember 2019. Nanti, pada tahun 2020 akan dilanjutkan kembali pembangunan awal shortcut untuk titik 7-10.

Proyek infrastruktur dengan nama resmi pembangunan Jalan Baru Batas Kota Singaraja-Mengwitani pada titik 5 dan 6 dikerjakan dalam waktu 418 hari kalender. Jalan yang memiliki Panjang 1,950 kilometer ini dikerjakan oleh PT. Adhi-Cipta KSO sebagai pemenang tender, dengan anggaran senilai Rp140,68 miliar.

“Semoga tidak lagi macet seperti tahun-tahun lalu di wilayah Bedugul dan Candi Kuning serangkaian dengan perayaan tahun baru yang biasanya padat kendaraan, karena kan titik kemacetannya sudah dibuka,” ujarnya.

Sementara terkait dengan keberadaan jalan eksisting atau jalan yang sudah ada, jika jalan itu masih bisa dimanfaatkan oleh pengguna jalan.

- Advertisement -

“Tetap dipakai bagi yang memerlukan, karena kan masih ada rumah-rumah masyaraat juga disana. Dan ada juga warung-warung masyarakat disana, tetap bisa dipakai,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah VIII, Ahmad Subki menjelaskan, Jalan Baru Batas Kota Singaraja-Mengwitani khususnya pada titik 5 dan 6 dibuka hanya untuk uji coba sampai dengan 2 Januari 2020 mendatang. Kendaraan yang diperbolehkan untuk melintas pun hanya sebatas kendaraan ringan dan sepeda motor.

“Kalau untuk kendaraan berbobot berat seperti truck dan bus akan menggunakan jalan eksisting. Karena ini kan masih uji coba jalannya,” jelasnya.

Setelah tanggal 2 Januari 2019, Jalan kembali akan ditutup. Balai Jalan kemudian akan melakukan uji kelaikan fungsi jalan dengan melibatkan tim dari Dinas Perhubungan dan Kepolisian. Menurutnya, ada sejumlah persyaratan untuk teknis uji kelaikan fungsi jalan.

Mulai dari teknis geometrik jalan, teknis struktur perkerasan jalan, teknis struktur bangunan pelengkap jalan, teknis pemanfaatan bagian-bagian jalan, teknis penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu-lintas meliputi pemenuhan terhadap kebutuhan alat-alat manajemen dan rekayasa lalu-lintas yang mewujudkan petunjuk, perintah, dan larangan dalam berlalu-lintas, dan teknis perlengkapan jalan meliputi pemenuhan terhadap spesifikasi teknis konstruksi alat-alat manajemen dan rekayasa lalu-lintas.

“Paling lama 1 minggu untuk uji laik fungsi jalan. Saya lihat di lapangan saya rasa tidak akan terlalu lama, setelah itu, barulah jalan dibuka untuk umum,” pungkas Ahmad Subki.

Teknologi Soil Nailing Cegah Longsor 

Ruas jalan Shortcut Titik 5-6 Jalur Denpasar-Singaraja via Bedugul di wilayah Desa Wanagiri-Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Buleleng, diapit dua lereng tebing cukup tinggi. Lereng tebing tertinggi mencapai 43 meter, yang berada di Zona III Shortcut Titik 6. Lereng tebing di sisi kanan kiri ruas jalan Shortcut Titik 5-6 ini sudah ditata dengan kemiringan antara 45-50 derajat. Namun, pihak Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah VIII menyatakan telah mengupayakan penanganan lereng tebing agar tidak longsor di waktu musim hujan.

Menurut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BBPJN Wilayah VIII, Ketut Payun Astapa, penanganan lereng tebing di sepanjang ruas jalan Shortcut Titik 5-6 telah diupayakan secara berlapis.

“Metode ini disebut dengan Soil Nailing, untuk perkuatan agar beban tanah tidak runtuh terkena air hujan,” jelasnya.

Metode lainnya juga yang diterapkan dengan membagi lereng tebing menjadi beberapa turap semacam udagan dengan ketinggian setiap turapnya sekitar 3 meter. Jumlah turap paling banyak ada pada ketinggian tebing 43 meter, yakni 8 turap. Setiap turap sudah dibuatkan saluran pembuangan air dan saluran penangkap air, yang berfungsi mengalirkan air langsung ke drainase pembuangan.

Selain itu, Payun Astapa juga menyebut jika pada bagian tebing pinggiran Jalan Baru itu juga diterapkan metode hydroseeding untuk mengantisipasi erosi permukaan tebing. Dalam metode ini, lereng tebing dilubangi dengan kedalaman beberapa centimeter, kemudian ditanami rumput.

Untuk lereng tebing yang berbatu, penanaman rumput diawali dengan menutup lereng tebing berbatu itu menggunakan jaring dari serabut kelapa, kemudian jaring serabut kelapa tersebut ditutup dengan tanah liat yang sudah ditaburi benih rumput.

“Metode ini sudah mengadopsi pengamanan tebing di jalan Tol. Artinya, Bali ini sudah memiliki jalan Tol Mini, walaupun ini bukan jalan tol. Paling tidak, dari konstruksinya, pengamanan lereng tebing untuk kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan sudah diperhitungkan sekali,” ucapnya. |rm|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts