Pelepah Pisang Buleleng Tembus Pasar Internasional

Singaraja, koranbuleleng.com| Putu Lila, seorang warga dari Lingkungan Sangket, Kelurahan Sukasada, Kecamatan Sukasada sukses dalam bisnis kerajinan rumah tangga. Dari tangannya, pelepah pisang yang sering tak dimanfaatkan oleh oranglain, justru diolah menjadi hasil kerajinan dan menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Putu Lila mengolah pelepah pisang menjadi bingkai foto atau lukisan, asbak, hiasan berbentuk botol dan lukisan pasir. Dari usahanya itu, kini omzetnya mencapai Rp15 juta per bulan.

- Advertisement -

Pria ini sudah memulai usahanya sebagai perajin pelepah pisang dari tahun 2004. Selama kurang lebih 16 tahun tersebut, Putu Lila sudah mengalami pasang surut usaha seperti halnya yang juga pernah dirasakan pengusaha atau perajin lainnya. Ketika menghadapi masa surut, Putu Lila tetap bersabar dan tekun menjalani usahanya.

Usaha Putu Lila ini sempat dikunjungi oleh Dekranasda Buleleng saat menunjukkan kerajinan yang dimiliki Buleleng kepada Dekranasda Belitung Timur. Disana, Putu Lila menampilkan berbagai kerajinan seperti frame foto dan lukisan pasir yang dibingkai dengan pelepah pisang. Selain itu, ia mempraktikan proses dari melukis pasir tersebut.

Putu Lila mengatakan usahanya berawal dari hobi melukis. dari itu, dia mengembangkannya menjadi sebuah usaha. Produk-produk yang dihasilkan antara lain frame foto, asbak, hiasan berbentuk botol dan lukisan pasir. Semuanya memiliki seni yang memiliki nilai jual ekspor. Dua negara sudah dituju untuk ekspor yaitu Maldives dan juga Spanyol.

“Ini berawal dari hobi pak. Namun terus berkembang hingga kami sekarang sudah melakukan ekspor ke dua negara yaitu Maldives dan juga Spanyol,” ujar Putu Lila.

- Advertisement -

Pada awalnya, Putu Lila menjual hasil kerajinan pelepah pisang tersebut ke art shop di wilayah Buleleng dan juga luar Buleleng. Setelah itu, Putu Lila memiliki jaringan sehingga bisa mengundang travel agent untuk membawa wisatawan ke tempat produksi usahanya. Dari kedatangan wisatawan tersebut, dirinya mendapatkan pesanan dari Maldives dan juga Spanyol.

“Kami kirim lewat kargo. Ada teman saya yang bekerja di kargo sehingga bisa mengirim ke dua negara itu,” ungkapnya.

Sampai saat ini, Ia menjalankan usahanya hanya dengan anggota keluarganya. Total ada enam orang pekerja yang membuat kerajinan mulai dari memilah pelepah pisang sampai pada mewarnai lukisan dengan pasir. Seluruh kerajinan ini bisa menghasilkan omzet sampai Rp15 juta dalam satu bulan.

“Untuk omzet, naik turun. Paling banyak Rp15 Juta,” ceritanya.

Di tengah berkembangnya usaha kerajinan pelepah pisang ini, ada hambatan yang mempengaruhi jalannya usaha. Hambatan tersebut adalah peralatan atau mesin. Putu Lila mengakui selama ini seluruh proses produksi dilakukan dengan cara manual.

“Saya sangat mengharapkan bantuan peralatan mesin sehingga pekerjaan bisa dilakukan lebih cepat,” harap ayah tiga orang anak ini.

Saat kunjungan dari Dekranasda Belitung Timur, Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan UKM (Disdagprinkop UKM) Buleleng, Dewa Made Sudiarta ikut mendampingi. Ia mengakui bahwa Putu Lila merupakan salah satu perajin potensial di Buleleng. Usahanya mengembangkan kerajinan hingga mampu memasarkan di Luar Negeri, bisa menjadi contoh bagi perajin lainnya. Hasil kerajinan dari pelepah pisangnya juga sudah sering diikutkan dalam pameran sebagai sarana promosi.

Dewa Made Sudiarta mengatakan, berbagai upaya pun dilakukan untuk terus memberdayakan perajin seperti Putu Lila ini. Jumlah pengrajin atau pelaku UKM yang terdata di Buleleng adalah 35.555. Dari jumlah tersebut, yang potensial adalah 50 persen dan bergerak di sektor produksi. Ini menunjukkan potensi yang sangat besar pada bidang UKM di Kabupaten Buleleng.

“Kita harus terus mendorong dan mendukung keberadaan dari para pengrajin atau pelaku UKM ini,” ujarnya.

Selain peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), upaya pengembangan yang dilakukan Pemkab Buleleng adalah pendampingan seperti pengembangan sentra-sentra UKM. Selama ini, sentra UKM ini sebenarnya sudah berkembang seperti di Desa Tigawasa. Bagaimana perajin atau pelaku UKM berkelompok untuk menguatkan lembaganya. Kemudian bisa bersatu menguatkan diri dan menguatkan pasar.

“Termasuk kita lakukan pendampingan bagaimana agar inovasi dilakukan oleh para pengrajin atau pelaku UKM,” tegas Sudiarta. |R/RM|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts