Toris Diblagbag Karena Sering Mengamuk

Singaraja |  Sungguh malang nasib Made Widiada ,46 tahun, penduduk yang tinggal di Dusun Celuk, Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, harus hidup meblagblag atau dipasung karena mengidap penyakit gangguan jiwa.

Widiada punya nama panggilan Toris, karena wajahnya mirip bule. Widiada sendiri sudah cukup lama mengidap gangguan jiwa. Pihak keluarga tidak mengetahui penyebabanya. Secara medis, Dia juga sudah pernah mendapatkan perawatan di RSJ Bangli.

- Advertisement -

Selama proses meblagbag, badannya kurus kering. Dia hanya tertidur tanpa busana dilantainya. Dia menghuni sebuah kamar kecil berukuran berukuran 2 x 3 meter dengan kondisi pengap, minim cahaya dan aroma pesing yang sangat menyegat. Widiada hanya tinggal berdua bersama ibunya, Nyoman Jawi  yang umurnya sudah sangat renta, 80 tahun. Nyoman Jawi memiliki empat orang putra dan satu orang putri, Wayan Subandi, Nyoman Kenak, Ketut Montog, Luh Suji, dan Made Widiada.

Salah satu keluarganya, Luh Pini, 50 tahun, pihak keluarga terpaksa memasung Made Widiada menderita karena penyakit  penyakit jiwa itu. Jika tidak begitu, seringkali Widiada hilang kontrol dan mengamuk serta sering merusak barang apapun.

“Jika kesadarannya mulai hilang, Dia sering mengamuk dan merusak barang. Bahkan, barang yang dirusaknya tak hanya milik keluarga, pernah areal tempat suci di wilayah desa ini tak luput menjadi sasarannya. Saat seperti itu, tindakannya jadi tak terkontrol,” ujar Luh Pini,  Kamis, (21/4/).

Luh Pini mengaku, sebenarnya dia tak tega melihat kerabatnya dipasung dengan cara seperti itu. Namun apa daya, sepertinya pihak keluarga tak punya cara lain. Apalagi, kondisi kesehatannya terlihat tak kunjung sembuh. Dirinyalah yang menyediakan makan serta minum setiap hari.

- Advertisement -

Sementara itu Perbekel Desa Sangsit, Putu Arya Suyasa dalam keterangannya mengatakan, disamping gangguan kejiwaan yang dialaminya, kehidupan keluarga itu memang memprihatinkan, tergolong dalam kategori warga miskin. Namun meski hidup dalam garis kemiskinan, mereka sangat jarang meminta kepada kerabatnya.

Pihak desa sebenarnya sudah pernah mengajak yang bersangkutan ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Bangli, namun selalu keluar masuk.

“Upaya pertama yang kami lakukan saat ini adalah membebaskan dia dari pemasungan karena pemasungan dan pengrangkengan sangat mempengaruhi psikologisnya. Ada sekitar enam kali pihak pemerintah desa mengupayakan mengirim Made Widiada menjalani pengobatan di RSJ Bangli, terakhir jika tidak salah tanggal 13 November 2013 silam. Entah bagaimana prosedur yang ada di sana (RSJ Bangli.red) saat memulangkan pasien yang sudah dinyatakan sembuh namun ternyata keadaannya masih seperti ini.” kata Arya Suyasa.

Sebenarnya dengan keadaannya yang demikian, Widiada seharusnya mendapatkan perawatan yang intensif dan perkembangannya harus dipantau terus dari pihak Rumah Sakit Jiwa. Pemerintah des Sangsit berharap ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui instansi terkait untuk menolong keadaan keluarga ini. |NP|

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts