Demi Pengobatan Istri Gangguan Jiwa, Janten Kerja Keras Walaupun Sakit-sakitan

Singaraja, koranbuleleng.com | Kehidupan Pasutri warga Banjar Dinas Kawanan, Desa Sawan,  Nyoman Janten (49 tahun) dan Ni Ketut Sri Mudarini (47) sangat memprihatinkan. Selain kehidupan mereka yang miskin, Janten sudah lama mengalami sakit-sakitan yang tak kunjung sembuh, sementara Sri Mudarini alami gangguan jiwa.

Janten yang alami sakit-sakitan terkadang memaksakan diri untuk bekerja sebagai buruh supaya bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Pasutri ini mempunyai dua orang anak, namun juga nasibnya sama, merantu ke daerah lain dan bekerja sebagai buruh. Kedua anaknya juga tidak bisa membantu maksimal kehidupan Janten dan Sri Mudarini.

- Advertisement -

Janten bercerita, istrinya Sri Mudarini alami gangguan jiwa sejak lama. Perawatan sudah pernah dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bangli, namunkarena tidak punya biaya akhirnya Janten memilih untuk rawat jalan. Namun perawatan intensif ini juga terkendala biaya transportasi, karena sekali antar ke RSJ Bangli, janten minimal butuh biaya Rp.200 ribu, belum dihitung biaya lain-lainnya.

Janten mengatakan gangguan jiwa yang dialami istrinya diduga karena trauma. Kejadian itu bermula ketika anak keduanya baru menginjak umur dua tahun. Gelagat yang ditunjukkan Sri Mutarini tiba-tiba saja berubah, lebih banyak diam dan mengurung diri di dalam kamar.

Bukan itu saja, ia sering memaki kedua anaknya bahkan terkadang sering memukulnya tanpa lasan yang jelas. Dari kondisi itu, Janten bersama anak-anaknya memutuskan untuk memeriksakan ke dokter. Hingga akhirnya  dinyatakan positif mengalami gangguan kejiwaan.

“Bukan penyakit keturunan, dulunya istri bekerja sebagai penjarit pakaian. Sudah lama, sekitar tahun 198. Duluitu, Dia pernah tiba-tiba saja pingsan, setelah sadar langsung bengong dan bicaranya pun sudah tak karoan. Segala pengobatan kami tempuh baik tradisional maupun medis namun hasilnya nihil. Atas saran dokter, selanjutnya dirujuk untuk menjalani rawat inap di RSJ Bangli,” terangnya.

- Advertisement -

Seperti yang ia jelaskan, Istrinya telah menjalani empat kali rawat inap, dan kini diwajibkan rutin dua sampai tiga minggu sekali menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bangli. Biaya tak terduga ini tentunya sangat menguras isi kantong pasutri miskin yang tak memiliki apa-apa ini, berusaha mencari jalan keluar dengan meminjam uang ke sejumlah tetangga demi kesembuhan istrinya.

Kedua anaknya kini sudah pasrah, karena untuk makan sehari-hari saja mereka mengaku kesulitan. Anak lelakinya yang dihandalkan sebagai tulang punggung keluarga, bekerja buruh bangunan di luar Buleleng sudah tak mampu lagi membiayai ongkos rawat jalan orantuanya ke RSJ Bangli.

“Memang bukan hal mudah merawat istri dengan gangguan kejiwaan, apalagi ditambah kondisi saya sendiri yang sakit-sakitan seperti sekarang. Kedua anak kami sekarang sudah tak mampu membantu ikut membiayai. Agar tak kambuh, kami diwajibkan memeriksakan langsung kondisinya ke RSJ Bangli, biasanya dua atau tiga minggu sekali. Biaya pengobatannya memang gratis, namun ongkos perjalanan pulang pergi mencapai Rp 200 ribu. Pengeluaran itu yang membuat kami kelimpungan, pernah tak diobati Mudarini lantas mengamuk hingga menggegerkan warga sekitar, barusan datang dari meminjam uang untuk biaya keberangkatan esok ke RSJ,”sebutnya.

Pasutri ini juga tinggal digubuk yang tak layak huni. Rumah tua yang telah berdiri puluhan tahun silam dan tidak pernah tersentuh renovasi itu memang terlihat sudah rapuh, berlantai tanah, dinding yang terbuat dari bata mentah sudah banyak rapuh dan mengelupas, atap sengnya pun sudah banyak yang bocor serta tidak memiliki daun pintu dan jendela.

Sebenarnya pasutri ini sejak lama mendambakan bantuan bedah rumah. Apalagi dia pernah mendengar bahwa KK miskin yang ada anggotanya menderita gangguan jiwa bakal mendapatkan bantuan bedah rumah. Namun, harapan itu sampai kini belum terwujud.

“Kami berharap ada bantuan. Kalau untuk makan kami cukup seadanya. Jika tidak ada nasi ya beli ketupat biar lebih murah dan irit, uang upah tukang bisa ditabung untuk ongkos rawat jalan. Saya malu dengan tetangga jika istri kumat dan akhirnya mengamuk, itu karena keterlambatan obat biasanya. Kesulitan kami biaya perjalanan, jika diantar gratis pulang pergi berobat ke RSJ Bangli kami sudah sangat bersyukur pak,” ungkapnya.

Kepala Desa Sawan, Nyoman Wira saat dikonfirmasi terpisah, juga membenarkan keadaan yang dialami Nyoman Janten. Keluarga Nyoman Janten yang istrinya menderita gangguan kejiwaan telah terdata dalam pengajuan program rehab rumah yang bakal direalisasikan tahun 2017 mendatang.

“Salah satu yang diajukan dalam program rehab rumah di tahun 2017 KK Nyoman Janten karena dia memang benar-benar tak mampu. Untuk pengurusan administrasi rawat jalan istri Nyoman Janten selalu kami utamakan, namun karena keterbatasan dana serta anggaran desa, kami harapkan uluran tangan baik dari pihak swasta dan perhatian dari pemerintah Kabupaten Buleleng melalui dinas terkait bisa memfasilitasi dengan menyediakan transportasi gratis untuk pengobatan rawat jalan Mutarini ke RSJ Bangli karena memang keadaan ekonomi keluarga tersebut sangat memprihatinkan.” harapnya. |NH|

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts