Di Sudaji, Sebuah Rumah Diterjang Batu “Raksasa”

Singaraja, Koranbuleleng.com | Intensitas hujan yang cukup tinggi memasuki awal tahun 2017 mengakibatkan beberapa tempat di wilayah Kabupaten Buleleng kembali diterjang bencana. Seperti yang dialami keluarga Made Wikarsa (38) warga lingkungan Abangan, Dusun Ceblong, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan.

Rumah yang terletak di kaki bukit sudaji nampak porak poranda setelah batu “raksasa” menghantam tembok rumah semi permanen tersebut, Kamis, 12 Januari 2017 sekitar pukul 18.00 wita. Beruntung musibah tersebut tidak menimbulkan korban jiwa. Namun kerugian materi yang diakibatkan diperkirakan mencapai Rp. 35 juta.

- Advertisement -

Musibah itu terjadi setelah hujan lebat mengguyur kawasan tersebut. Batu berbentuk setengah lonjong berdiameter sekitar 2,5 meter dengan tinggi 2 meter itu pun menggelinding menerobos rimbunan pepohonan yang berada di atas lereng bukit. Kemudian, batu itu baru terhenti setelah membentur tembok batako bagian barat rumah semi permanen yang memiliki ukuran 6×12 meter diatas tanah seluas 200 meter persegi.

Seperti yang diceritakan Made Wikarsa, hujan lebat mengguyur kawasan perbukitan Desa Sudaji. Wikarsa bersama keluarga saat itu tengah santai di beranda rumah. Wikarsa sedang mengasuh Komang Ayu Selviani (1,1) sedangkan istrinya, Made Ratmini (36) sedang memasak di dapur ditemani kedua putranya Gede Sumertayasa (12), dan Made Sukrawan (8).

Saat hujan mulai mereda, tiba-tiba ia mendengar seperti ada suara benda jatuh tepat di kebun durian yang berada sebelah barat kamar tidur berukuran 2 x 1,5 meter. Dia tak pernah mengira jika batu besar yang berada di atas bukit jatuh menimpa rumahnya. Awalnya ia mengira suara itu adalah buah durian yang jatuh dari pohonnya. Kemudian ia pun tersadar terdengar suara susulan bergemuruh dari atas lereng bukit sudaji.

- Advertisement -

“Blaarr, suaranya sangat keras. Saya langsung meraih Komang Ayu dan berlari keluar rumah. Saya sudah tidak memikirkan apapun, yang penting bisa selamat,” ujar Wikarsa, Jumat, 13 Januari 2017.

Baru beberapa langkah, longsor susulan pun kembali terdengar. Batu berukuran lebih kecil kembali longsor dan menghantam pohon durian di belakang rumahnya. Tersadar bahaya besar mengancam, Wikarsa pun kemudian berlari bersama keluarga menjauhi lokasi tersebut.

“Saat berada di depan rumah tanah kembali bergetar. Batu kedua kembali menghantam rumah, saya refleks lari sejauh 300 meter bersama keluarga sambil berteriak minta tolong,” katanya.

Mendengar teriakan tersebut, beberapa warga yang rumahnya berdekatan langsung bergegas menuju lokasi kejadian. Sementara, Wikarsa bersama keluarga mengungsi di rumah Nyoman Peneng yang masih kerabat dekatnya.

“Tidak pernah mengira jika batu lereng bukit diatas rumah ini akan longsor. Namun semua selamat itu sudah sangat bersyukur. Anak-anak kami masih trauma,” katanya sambil termenung melihat rumahnya yang porak poranda akibat di hantam batu.

Nyoman Peneng (65) yang merupakan paman korban juga merasakan getaran yang begitu keras. Rumah Nyoman Peneng sendiri berada sekitar 50 meter di bawah rumah Made Wikarsa.

Menurut keterangan Nyoman Peneng, terdapat tujuh kepala keluarga yang tinggal di kawasan lereng bukit sudaji.

“Saya kira ada gempa. Getarannya keras sekali. Saat menoleh ke atas, Saya lihat ponakan berlari sambil menggendong putrinya. Untunglah semua selamat tanpa luka,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Desa Sudaji, Komang Sudiarta saat dikonfirmasi melalui telepon mengatakan hujan deras yang turun beberapa hari belakangan ini sering membuat tanah perbukitan di kawasan Desa Sudaji menjadi labil. Perbukitan curam dengan bebatuan besar ini pun menjadi rawan dan sangat berbahaya. Dari yang ia ketahui, di tahun 2016 lalu lereng bukit Sudaji longsor menimpa pipa distribusi air bersih milik Desa Sinabun.

“Lokasi ini memang rawan akan longsor, apalagi lokasi pemukiman penduduk berada di lereng-lereng bukit. Pada 25 Januari 2016 lalu lereng bukit sudaji juga longsor, memutuskan pipa air milik Desa Sinabun,” terangnya.

Ia pun telah menghimbau pada para warga lainnya untuk lebih meningkatkan kewaspadaan akan terjadinya bencana disebabkan cuaca yang tidak menentu.

Musibah lainnya terjadi di Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan. Musibah ini merupakan musibah kedua yang terjadi di Desa Pakisan. Sebelumnya pada Februari 2015 lalu, desa ini juga sempat diterjang angin puting beliung.

Angin kencang dilaporkan berhembus pada Kamis, 12 Januari 2017 pukul 16.00 wita. Saat itu hujan lebat disertai angin kencang seketika terjadi di Pakisan. Semula memang terlihat ada awan mendung di arah selatan desa, namun baru pada sore hari turun hujan.

Angin kencang itu lantas menumbangkan sejumlah pohon yang ada di wilayah desa. Salah satu pohon menimpa rumah milik Ketut Redika (43), warga Banjar Dinas Tegeha, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan. Redika menempati rumah itu bersama dengan istrinya Ketut Kariasih (43), serta dua anaknya yakni Gede Mardika Yasa (10), dan Kadek Purnami Sari (8). Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, namun kerugian yang diderita mencapai Rp. 8 Juta.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Made Subur mengatakan,  sejauh ini pihaknya menerima ada tiga laporan kerusakan di wilayah Buleleng. Satu laporan diantaranya di Desa Pakisan, satu laporan di Desa Sudaji, dan satu laporan lainnya ada di Desa Pemuteran. Cukup banyak kerusakan yang terjadi di wilayah Buleleng akibat bencana pada awal tahun 2017 ini.

“Di Sudaji baru informasi lisan yang saya terima ada satu rumah yang rusak karena dihantam batu. Saya belum melihat langsung lokasinya, jadi belum bisa memastikan kerusakannya seperti apa. Kami masih menginventarisasi laporan akibat bencana siang ini,” ujar Subur yang dihubungi melalui telepon pagi tadi.

Khusus untuk yang di Desa Sudaji dan Pakisan kami akan teruskan ke BPBD Bali, agar sekiranya bisa diberikan bantuan untuk meringankan perbaikan. |NH|

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts