Singaraja, koranbuleleng.com| Pasca pipa distribusi air bersih terputus, mobil tanki milik BPBD Buleleng dan PDAM Buleleng yang menyalurkan bantuan air bersih ke Desa Sudaji selalu diserbu ratusan warga. Dampak krisis air bersih dirasakan oleh warga yang bermukim di dua dusun, yakni dusun rarangan dan dusun desa.
Ratusan warga dusun desa sudah sejak pagi datang berbondong-bondong lengkap membawa ember. Tidak hanya itu, berbagai wadah seperti galon bekas cat, juga jerigen berbagai ukuran berjejer rapi di tempat pembagian air bersih. Bahkan salah seorang warga ada yang menyediakan drum plastik berukuran besar yang diletakkan berjajar dengan aneka wadah lainnya. Mereka dengan sabar menunggu agar ember atau tempat airnya tidak dipindah.
Pantauan koranbuleleng.com, dua unit mobil tangki yang masing-masing berisi 5.000 liter/mobil itu pun nampak kewalahan melayani kebutuhan air bersih yang diminta oleh warga. Dalam waktu singkat air bersih itu sudah beralih dari tanki ke puluhan tempat air yang sudah berjejer sebelum mobil itu datang.
Luh Yuni Astuti, warga dusun rarangan yang tinggal di pinggir jalan utama desa itu mengungkapkan bahwa dirinya sudah tiga kali menerima pasokan air dari mobil tanki. Ia pun telah menyediakan beberapa drum plastik yang berukuran cukup besar untuk mengisi kebutuhan minum dan memasak.
“Rutin mendapat air bersih. Pertama, pasokan air itu saya terima pada Kamis 2 Februari, kemudian hari Jumat, 3 Februari dan hari ini, 7 Februari. Saya kurang tahu jumlah literan wadah ini, biasanya dipakai selama dua hari,” terangnya kepada koranbuleleng.com
Berbeda dengan yang dijelaskan Luh Juli warga dusun rarangan lainnya, ia nampak begitu kecewa, lantaran sudah berusaha antre namun belum bisa mendapatkan air bersih. Padahal kebutuhan air bersih itu sudah sangat mendesak yang akan digunakannya untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak.
“Informasinya kurang jelas, soal waktu pembagian, dan katanya jumlah penyaluran air itu terbatas. Saya lihat penyalurannya, biasanya hanya dua sampai empat mobil tanki saja dalam satu hari,” ujarnya.
Ia pun menyayangkan pembagian air bersih tidak merata. Lantaran air langsung dibagikan tanpa dimasukkan ke dalam bak penampungan terlebih dahulu. Menurutnya, pipa besar dari tanki yang menyalurkan air, langsung dikucurkan langsung ke ember dan wadah lainnya tidak efektif.
“Kalau terus menerus dialirkan disana, yang lainnya tidak akan kebagian air. Tadi, saya sudah berusaha mengejar, dan langsung mendekat ke mobil tanki yang membawa air bersih. Namun kata petugasnya air sudah habis. Iya mau gimana lagi, terpaksa harus menunggu dua mobil berikutnya,” lirihnya.
Dia menambahkan, jika sudah tidak lagi mendapatkan jatah bantuan distribusi air, ia pun terpaksa berusaha mengatasi kekurangan air dengan mencari sumber air di penglukatan dan juga sumber air yang terletak di dusun singkung yang lokasinya berjarak sekitar satu kilometer.
Sementara itu, senada juga disampaikan Luh Pingin, warga yang bermukim di dusun desa mengatakan bahwa sejak distribusi air bersih di desa setempat mati total, keluarganya memilih untuk mencari sumber air yang terletak di penglukatan dan dusun singkung. Informasi soal bantuan pasokan air bersih dari BPBD dan PDAM Buleleng itu pun baru diketahuinya beberapa hari lalu dari sejumlah tetangga. Namun setelah mendengar penyaluran air terbatas serta terbentur jarak dropping air cukup jauh, ia pun mengurungkan niatnya untuk ikut antre.
“Katanya sih air tanki itu baru satu jam dibagikan sudah habis. Jadi warga di lingkungan pasek dan gusti jarang ikut antre. Mereka lebih baik pergi mencari air ke sumber mata air penglukatan juga di wilayah singkung,” ungkap Luh Pingin.
Sementara itu, kepala dusun desa, Nengah Wiadnyana saat dikonfirmasi tidak menampik ada beberapa warganya yang belum menerima suplai air bersih. Namun, untuk kedepannya ia akan lebih intens mengawasi pembagian air bersih agar warga dusun desa secara keseluruhan bisa terlayani.|NH|
