Sembroli dengan Wayang Kulit Inovasinya

Singaraja, koranbuleleng.com| Pertunjukkan kesenian wayang kulit saat ini semakin minim peminat. Apalagi kesenian wayang kulit selama ini hanya bisa dinikmati setiap pelaksanaan upacara agama hindu di Bali. Itupun mungkin hanya ditonton oleh sanak saudara pemilik hajatan.

Namun sesungguhnya, menarik minat masyarakat khususnya anak-anak muda untuk hadir sebagai penonton pertunjukan Wayang Kulit harus didukung total oleh kemampuan Dalangnya. Mulai dengan melakukan variasi dalam pementasan, pakem, termasuk kemampuan dalang untuk mengolah sebuah cerita agar tidak membosankan, yang ujungnya ditinggalkan penonton.

- Advertisement -

Hal itulah yang dilakukan oleh Jero Dalang Gusti Made Aryana atau yang lebih dikenal dengan Dalang Sembroli. Dalam setiap kali pementasan, Pria yang telah berusia 35 tahun itu tampil dengan sajian Wayang Inovasi. Misalkan saja saat pementasan di Buleleng Festival.

Biasanya, Wayang Kulit tradisi disajikan oleh Dalang berupa cerita Ramayana atau Mahabarta. Dalam pertunjukannya, seorang Dalam selalu berada di belakang Kelir (sebuah layar kain putih berbentuk persegi panjang) untuk memainkan wayang.

Namun berbeda dengan yang dilakukan Jero dalang Sembroli. Ia berani tampil dihadapan penonton bahkan melakukan interaksi dengan penonton.

Ia juga tidak terkadang tidak hanya menggunakan musik tradisional ketika pentas. namun mengkolaborasikan musik modern untuk mengiringi pementasannya. terkadang juga, Ia memanfaatkan banyak properti untuk mendukung penampilannya diatas panggung.

- Advertisement -

Pria jebolan ISI Denpasar ini memilih melakukan inovasi dalam seni pertunjukkan wayang Kulit, karena Ia tahu, kesenian ini sudah semakin ditinggalkan khususnya oleh anak muda di Kabupaten Buleleng.

Sindiran minimnya minat penonton terhadap pertunjukkan Wayang Kulit juga acap kali Ia sampaikan dalam pementasannya. Dengan harapan, agar masyarakat mau menonton, sehingga wayang kulit tidak akan pernah punah.

Menurutnya, wayang inovasi yang Ia gelar bukan merupakan kesenian yang baru, melainkan sebuah penggabungan. Karena menurutnya, dalam ilmu Pedalangan, ada banyak unsur yang dipelajari, mulai dari Pakeliran, Pewayangan, Pedalangan, Sastra, termasuk Teater. Sehingga untuk menarik minat penonton untuk menyukai pertunjukan wayang kulit harus pntar menggali dan menggabungkan unsur-unsur tersebut.

Selama ini, anak muda di Kabupaten Buleleng tidak tertarik dengan Kesenian Wayang Kulit karena kemasan pertunjukkan yang dilakukan oleh Dalang kurang diminati.

Padahal, penonton selama ini terlebih anak muda, senang dengan tertarik dengan hal yang mereka tidak ketahui selama ini. Artinya, seorang dalang harus mencari banyak referensi dan cerdas dalam melirik sebuah gaya kemasan yang menarik.

“Di Buleleng. Ketika dalang sudah sering pentas memiliki banyak jam terbang, Mereka (dalang, red) justru keasikan untuk dirinya sendiri. Tidak pernah berbuat lebih dan mengajak anak muda untuk tertarik kepada wayang.,” tuturnya.

Jero Dalang Gusti Made Aryana mengatakan, dasar mempelajari Pewayangan adalah Dharma Pewayangan. Dalam pelajaran itu mencangkup tentang inovasi. Jadi, seorang Dalang tidak ada salahnya melakukan sebuah inovasi untuk meningkatkan minat masyarakat menggemari pertunjukkan Wayang Kulit, tanpa harus meninggalkan nilai tradisi dari Wayang itu sendiri.

“Sebenarnya apa sih pakem itu. Pakem itu kebiasaan yang terus menerus dianggap baik dan dituruti, saya merasa tidak masalah melakukan inovasi asalkan bertanggung jawab. Saya melakukan inovasi, tapi masih tetap menjalankan tradisi saya sebagai dalang,” Ujarnya.

Sementara itu, Sastrawan dan Budayawan Made Adnyana “Ole”, menyebutkan bahwa untuk manarik minat masyarakat khususnya anak muda mau menyaksikan kesenian Wayang Kulit, seorang Dalang memang harus melakukan inovasi.

Inovasi itu adalah bagian dari kreativitas seniman yang harus dilakukan terus-menerus. Sehingga, inovasi pun harus dilakukan sebagai upaya pelestarian terhadap sebuah kesenian.

Hanya saja, seniman dimaksud tidak perlu menambahkan sebutan Inovasi dalam hasil garapannya. Kalau memang ada hal-hal baru dan menarik penonton, pastinya masyarakat sudah mengetahui bahwa itu memang hasil dari inovasi. Ia pun menegaskan bahwa seorang seniman harus berani melakukan inovasi dengan keluar dari pakem.

“Kalau itu mau disebut wayang inovasi, berarti wayang yang sudah ada, pakemnya diperbaharui. itu pengerti sederhana saja,” tegasnya. |Rika Mahardika|

 

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts