Bayi Lahir Tanpa Tempurung Kepala, Orangtua Tegar Merawat

Singaraja, koranbuleleng.com | Nasib malang menimpa kelahiran bayi dari pasangan Nyoman Bagiarsa dan Ketut Sariati, warga Dusun Antapura, Desa Tejakula. Sang bayi lahir tanpa tempurung kepala. Sebenarnya, kondisi ini sudah diketahui sejak masa kehamilan memasuki umur tiga bulan. Pihak dokter juga menyarankan agar bayi tersebut digugurkan karena mengalami kelainan sejak dini.

Namun Bagiarsa dan Sariati justru memilih untuk tetap merawat kehamilannya hingga bayinya lahir. Dan benar saja, bayi tersebut lahir tanpa tempurung kepala.

- Advertisement -

Namun, pasutri ini harus tegar dengan kondisi bayinya. Mereka tetap semangat untuk merawatnya.

“Selama masa hamil, istri saya sangat rutin kontrol ke dokter kandungan di Denpasar. Minum vitamin juga rutin. Dengan harapan bayinya sehat ketika lahir,” ujar Bagiarsa, saat ditemui di kediamannya, Jumat 3 Mei 2019.

Bayi perempuan itu lahir lewat operasi caesar di RSUD Buleleng pada Senin, 22 April 2019 lalu. Sang anak lahir dengan berat 3,1 kilogram dan panjang 47 centimeter. Saat lahir, bayi tersebut tidak memiliki tempurung kepala pada bagian ubun-ubun. Sehingga organ pada bagian kepala terlihat menonjol di atas kening. Namun demikian, setelah mendapat perawatan selama beberapa hari, pihak Rumah Sakit mengizinkan pihak keluarga membawa pulang bayi tersebut ke rumah.

Selama berada di rumah, bayi perempuan itu dirawat oleh orang tuanya, dibantu kakek dan neneknya. Untuk perawatan, pihak keluarga hanya bisa melakukan semampunya. Diantaranya memberikan perban di kepala bayi, karena sering mengeluarkan cairan. 

- Advertisement -

Sang Ayah, Nyoman Bagiarsa menuturkan jika kondisi bayinya yang tidak sempurna itu sebenarnya sudah diketahui. Pasalnya, saat kehamilan Istrinya memasuki usia 3 bulan, mereka melakukan USG pada seorang bidan di Kota Denpasar. Dari hasil USG itu diketahui jika calon bayinya saat itu masih belum sempurna terutama dibagian kepala. Mengetahui hal itu, Ia memilih untuk mempertahankan anak yang ada dalam rahim istrinya.

“Harapannya, ketika lahir nanti, kondisi anak saya bisa normal dan sehat. Ternyata setelah lahir, justru kondisinya begini. Anak saya sempat di berikan sinar, namun belum sehari dipindah ke kamar Istri saya,” ucapnya.

Walaupun hanya memberikan perawatan semampunya dan seadanya, kondisi Putrinya itu dalam keadaan stabil. Pun demikian, beberapa hari lalu Bayinya sempat kondisinya menurun, hingga pada bagian leher sempat mengalami bengkak. Bahkan, Putrinya pernah tidak mengkonsumsi ASI selama satu hari.

Saat ini, mereka hanya bisa pasrah dan menunggu adanya bantuan dari Pemerintah ataupun donatur untuk kesembuhan buah hatinya. Terlebih lagi Sang Anak velum tercover Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) KIS. Sedangkan keduanya sudah memiliki KIS Mandiri.

“Saya harap ada bantuan dari Pemerintah, apa saja yang sepatutnya. Saya hanya bisa berdoa dan berusaha yang terbaik untuk anak saya,” Harap Bagiarsa.

Dikonfirmasi atas kondisi bayi itu, Wakil Direktur Pelayanan Medik RSUD Buleleng dr. Putu Sudarsana menyebut jika kondisi Ibu dan bayinya tidak ada masalah, sehingga diijinkan untuk pulang.

Menurutnya, bayi dengan kondisi tanpa tempurung kepala memang dalam kondisi riskan. Potensi gangguan yang paling mungkin terjadi, ialah infeksi. Sebelum diijinkan pulang, pihak RSUD Buleleng tekah menyampaikan kepada pihak keluarga agar memastikan kebersihan bayi dan juga lingkungan, sehingga tidak menimbulkan infeksi pada bagian organ bayi yang tidak tertutupi tempurung kepala.

“Masalahnya memang hanya di kepala saja. Istilah medisnya anencephaly. Kalau melakukan tindakan membuat tulang kepala, itu resikonya besar,” jelasnya.

Disisi lain, kondisi bayi perempuan yang lahir tanpa tempurung kepala itu mendapat perhatian Pemerintah Kabupaten Buleleng. Melalui Dinas Sosial, Pemkab mengunjungi keluarga bayi itu dan memberikan bantuan berupa sembako. Selain itu, Dinsos telah melakukan penjajaga dan identifikasi terhadap kebutuhan keluarga.

Untuk penanganan lanjutan terhadap Bayi, Dinas Sosial akan melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan BPJS, termasuk melakukan penjajagan dengan yayasan dan donatur.

“Sekarang yang paling urgent itu KIS-nya. Kami akan bantu urus KIS anaknya, karena baru orang tuanya saja yang punya KIS. Kami juga akan bantu penerbitan akta dan kartu keluarganya, sehingga bisa segera punya KIS,” ujar Kabid Pelayanan dan Rehabilitas Sosial Dinas Sosial Buleleng Luh Emi Suesti. |RM|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts